Sabtu, 12 Desember 2009
Leksikon
Supali Kasim
Eks Pos Rakyat Vol.1 Minggu I - II Desember 2009
Puisi Maylina
Sahabat
sahabat adalah segalanya
walaupun kadang menyakitkan
tapi sahabat selalu ada
disaat suka mau pun duka
sahabat adalah
sesuatu yang tetap ada
meski pun terus berganti
dan sahabat sejahtera
yang sanggup mengerti dirimu
sahabat ibarat satu janji dalam hati
tak dapat ditulis
tak dapat dibaca
dan tak bisa dirasakan
sahabat yang menyakitkan adalah
sahabat yang tak pernah perduli
akan perasaam sahabatnya
Kelas VIII A SMPN 1 Tukdana-Indramayu
Tinjauan Puisi:
Sahabat Adalah Janji
Oleh Acep Syahril
Seorang siswi SMA 6 Bandung yang pernah kukenal dekat sebut saja Dede, Suatu ketika kami sempat berkomunikasi via Handpound. Dalam pembicaraan 30 menit itu Dede curhat padaku tentang keberadaannya di sekolah barunya. Dan sebagai siswa anyar jelas banyak kendala yang dihadapi Dede selain adaptasi terhadap lingkungan, Dede yang senstif ini juga kesulitan untuk lebur pada
Hal ini ternyata cukup mengganggu perkembangan jiwanya, apalagi ketika sikap orang-orang di sekitarnya kentara untuk saling memperlihatkan kelebihan dalam segala hal, tidak hanya kelebihan prestasi tapi juga kelebihan materi. Jelas hal ini membuatnya terasa jauh lebih tidak ada apa-apanya dibanding mereka. Tapi seiring waktu Dede tetap berusaha untuk beradaptasi dengan tetap berpegang pada prinsip hidupnya. Sebagai manusia dia harus berinteraksi dengan orang sekitar dan lingkungan dimana dia berada. Yang lambat laun akhirnya tumbuh juga rasa percaya diri Dede, bahwa dia berbeda dari yang lain tanpa mengabaikan prinsip-prinsip orang lain.
Enam bulan Dede belajar di SMA ini, banyak sahabat yang dia dapat serta pengalaman yang membuat wawasan pergaulannya bertambah. Dia bilang dia banyak belajar dari diary yang selama ini dianggap sebagai sahabat tempatnya curhat. Disitu Dede banyak mencatat, betapa sulitnya mencari sahabat, menjaga hubungan baik dengan sahabat, dan memelihara persahabatan dengan saling memelihara kepercayaan.
Nah apa yang kupaparkan tadi merupakan salah satu pengalaman dari banyaknya pengalaman yang pernah kamu lalui dalam mencari dan memelihara hubungan dalam persahabatan. Seperti juga dialami Maylina yang kemudian dia tuangkan dalam puisi “Sahabat”.
Apa yang dialami Maylina bisa jadi juga pernah dialami Dede dan kamu, namun pengamalam serta kadar emosionalnya jelas berbeda. Sebab rata-rata jika seseorang telah dikecewakan sahabatnya yang terjadi adalah keretakan dalam berkomunikasi yang berakhir dengan perpisahan. Namun berbeda dengan mereka yang memiliki kearifan dalam memelihara persahabatan. Dia cukup belajar dari kelalaian sahabatnya, yang kemudian dia catat dalam diary, bahwa “hari ini aku telah dikecewakan sahabatku“. Sementara komunikasi tetap berjalan sebagaimana mestinya meski kemudian ada yang kurang lancer dari komunikasi itu. Hal inilah yang kemudian terasa dalam puisi Maylina.
sahabat ibarat satu janji dalam hati
tak dapat ditulis
tak dapat dibaca
dan tak bisa dirasakan
Inilah yang kumaksud kearifan dalam memelihara persahabatan, sebab menurut
Maylina sahabat adalah suatu janji, jadi dia harus tetap memelihara persahabatan itu. Meskipun sebenarnya dia pernah merasakan kekecewaan dari sahabat yang dia maksud dalam puisi itu, karena //sahabat adalah segalanya/walaupun kadang menyakitkan
tapi sahabat selalu ada/…………
SMK PGRI Jatibarang: Harus Berkualitas dan Kompeten
Hallo temen-temen kali ini Arena SD, MI, SMP, M.Ts, SMA, MAN dan SMK, mengundang SMK PGRI Jatibarang-Indramayu sebagai Jurnalis Junior kita, mereka akan menyuguhkan hasil liputannya tentang kilas sekolahnya, mereka adalah: Ahmad jamaludin dan teman saya Dian Rosmalia
Oya perkrnalkan, nama saya Ahmad jamaludin dan teman saya Dian Rosmalia, kami sama-sama dari kelas XII TKJ. Kehadiran kami di Jourmalis Junior berawal dari adanya tawaran Ekstra kulikuler (eskul) Sastra dan Jurnalistik yang datang ke SMK PGRI jatibarang, dan kebetulan kami sangat tertarik dengan kedua kegiatan tersebut.
Selain itu kami juga sering meminta kepada kepala sekolah agar diadakan kegiatan eskul kewartawanan, tapi kali ini permintaan kami ada yang menyambut tanpa diduga-duga sama sekali.
Seseorang dengan profesi penulis dan wartawan menawarkan diri kepada pihak sekolah, untuk memberikan eskul sastra dan jurnalistik. Beliau adalah Acep Syahril. Karuan kami menyambut kesempatan baik ini dengan harapan akan banyak teman-teman memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengenal lebih jauh dunia kewartawanan.
Setelah mensosialisasikan rencana kegiatan dimaksud, akhirnya yang respon hanya beberapa gelintir orang saja. Terus terang awalnya kami merasa pesimis karena yang sudah menyatakan sedia untuk ikut kegiatan eskul cuma dua orang, artinya hanya empat orang termasuk saya dan Dian.
Tapi setelah saya konfirmasikan ke mas Acep, ternyata beliau tidak kecewa dengan jumlah peserta eskul yang jauh dari sedikit ini. Sebaliknya kami yang merasa malu karena tidak bisa meyakinkan teman-teman lain untuk bisa terlibat pada kegiatan itu.
Dari Tawuran Menjadi Tawaran
Semua orang tau bagaimana masa lalu sekolah kami, ruwednya minta ampun! Bahkan pernah mendapat julukan sebagai SMK Tawuran. Tapi meski pun ruwed dan selalu bikin masalah sekolah kami tetap memiliki program belajar terdepan dan di atas rata-rata. Cap merah yang sempat menjadi stempel di sekolah itu juga, kini tinggal kenangan. Dan sebagai regenarasi dari alumni alumni sebelumnya kami punya tanggung jawab moral untuk membawa nama SMK PGRI menjadi lebih baik di mata dunia pendidikan Indramayu, dengan 3 Jurusan yang saat ini telah berjalan seperti, Mekanik Permesinan, Mekanik Otomotif, dan TKJ (teknik computer jaringan)
Alamarhum Drs. H. Uto Karnito. W mantan Kepala Sekolah yang menghadap Illahi Robby belum lama ini, 30 tahun lebih memimpin SMK PGRI Jatibarang. Sungguh kami sangat bangga, sebab beliau semangat dan gigih mengabdikan diri demi kemajuan SMK PGRI Jatibarang.
Pak Uto, begitu kami sering menyapanya. Dimana keakraban antara Bapak dan Anak telah membuat kami dewasa untuk mengatasi persoalan di lingkungan sekolah. Beliau tidak hanya memanej para guru untuk menjalankan proses belajar mengajarnya, tapi juga mengajarkan kami untuk jadi pemimpin, memberi kesempatan dan kepercayaan sepenuhnya kepada kami untuk mengambil keputusan dalam organisasi intra sekolah (osis).
Jadi tak heran kalau kemudian Pak H. Uto pernah menerima penghargaan dari pemerintah, sebagai Juara III Kinerja Sekolah terbaik tahun 2008. Selain itu ide-ide cemerlang beliau juga telah membawa nama sekolah kami menjadi lebih baik. Buktinya satu dekade terakhir pabrik-pabrik yang bergerak di bidang industri di beberapa belahan pulau Jawa banyak melirik dan memberi tawaran kepada lulusan Sekolah ini. Sebab prestasi belajar kami bukan prestasi instant, kami menuntut agar lebih mendepankan kualitas dan kompetensi sebagai tantangan ke masa depan. Selamat jalan Pak Uto, kami akan selalu mengenang jasa jasamu!!!
Minggu, 16 Agustus 2009
Pos Rakyat No.08 /Th.1/1 - 15 Agustus 2009
Ramaikan Popwilda
:Indramayu Gondol 2 Emas Dari Cabor Bergengsi
Ratusan pengunjung ramaikan GOR Singalodra saat pembukaan Pekan Olahraga Pelajar Wilayah Daerah (Popwilda) se wilayah III Cirebon dan Sumedang yang dipusatkan di Indramayu, pekan lalu. Bupati Indramayu, H.Irianto MS Syafiuddin yang membuka kegiatan Popwilda ini, berkali-kali mendapat aplaus saat menyampaikan pentingnya sportifitas dalam suatu kompetisi olahraga. “Sebab dengan sportifitas akan meningkatkan prestasi olahraga kita, serta mampu menggalang persatuan dan persahabatan antara atlit selain akan membangun mental juara yang memiliki prospek cerah ke depan. Dan dari penggalangan persahabatan ini juga kita akan dapat saling mengisi dan kembali berkompetisi guna penyeleksian prestasi untuk kemudian dipertandingkan pada Popda 2010 di Bandung nantinya,” ujarnya. Bupati juga menekankan bahwa kompetisi ini bukanlah persoalan kalah dan menang, tapi lebih pada terjalinnya persahabatan antar atlit pelajar se wilayah III Cirebon dan Sumedang.
Delapan cabang olahraga yang dipertandingkan diikuti 738 Atlit pelajar yang berasal dari wilayah III Cirebon, Kuningan, Majalengka, Indramayu dan Sumedang. Yang lokasi pertandingannya tidak terpusat pada satu tempat, tapi terpisah, sebagai berikut. Untuk Sepak Bola di Stadion Tridaya, Volly Ball di GOR Singalodra, Basket di GOR Dharma Ayu, Tenis Meja di SMPN 1 Sindang, Tenis Lapangan di Lapangan tenis Pemda, Pencak Silat di Wisma Haji, Bulu Tangkis di GOR MM Hall sedangkan Sepak Takraw di GOR MUI Jatibarang.
Kabid Ekstrakulikuler pada Dinas Pendidikan Indramayu, Dr. Akil, M.Pd memaparkan, bahwa Popwilda ini berlangsung empat hari (13 – 16 Juli 2009), yang mempertandingkan delapan cabang olahraga. Dan disampaikan juga, bagi para pemenang telah disediakan piala yang teridiri medali emas, perak dan perunggu, serta lolos pada Pekan Olahraga Daerah (Popda) Tingkat Jawa Barat.
“Dan ini adalah kesempatan bagi mereka untuk mengasah prestasi ke tingkat yang lebih tinggi, yakni Popda Jawa Barat,” jelas Akil.
Cirebon Boyong 11 Emas
Dari 36 Emas yang tersedia pada Polwilda, 11 digondol Cirebon, 9 dari cabang Pencak Silat, 2 lainnya dari Tenis Meja dan Tenis Lapangan. Majalengka 6 emas, Sumedang 6 Emas, Indramayu 5 emas dan Kuningan 3 Emas.
Meski secara perolehan terbanyak Indramayu pada urutan ke lima, namun secara kulaitas Indramayu berhasil menyabet 2 emas pada dua cabang olahraga bergengsi, yakni Sepak Bola dan Volly Putra.
Sementara Kepala Dinas pendidikan Indramayu, Drs.H.Suhaeli, M.Si pada acara penutupan kembali menegaskan, agar para atlit yang ikut dalam kompetisi Popwilda ini tidak menjadi puas dengan perolehan yang didapatnya. Sebab Popwilda sebagai suatu sarana uji tingkat keberhasilan dari pembinaan olahraga di sekolah, diharapkan juga menjadi perhatian bagi semua pihak untuk kemudian dibina menuju tingkat kompetisi yang lebih tinggi. Sehingga disitu akan kelihatan kualitas atlit potensial dan profesional yang berangkat dari kalangan pelajar. (as)
Pos Rakyat No.08 /Th.1/1 - 15 Agustus 2009
Yohanto A Nugraha
Abuk atawa Gatot atawa Yanto, psedonim Yohanto A Nugraha, penyair kelahiran Indaramayu, 18 Februari 1955 ini. Lebih dari separuh usianya dia habiskan untuk berkesenian, khususnya di dunia penulisan puisi. Selain dikenal sebagai penyair lelaki keturunan ini juga dikenal sebagai salah seorang motor penggerak sastra di Indramayu. Berawal dari Radio Chindelaras, sampai ke gedung-gedung pertunjukan bersama sejumlah penyair Indramayu lainnya, begitu semangatnya dia memasyarakatkan karya-karya sastra. Mantan Ketua Dewan Kesenian Indramayu (periode 2005), lalu mengelola Komunitas Bantaran sebagai wadah untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya. Sekarang Abuk, begitu panggilan yang melekat padanya, telah melahirkan dua kumpulan puisi tunggal Orasi Sunyi (2005) dan Resonansi Sepanjang Usia (2009), sedangkan karya-karyanya yang lain tergabung dalam sejumlah kumpulan puisi bersama: Lagu Matahari (2004), 9 Penyair Jawa Barat (2002), Resital Penyair Indramayu (2001), Jurang (1999), Kiser Pesisiran (1994), Tanah Garam (1992), dan Antologi Penyair Indramayu (1982). (as)
Pos Rakyat No.08 /Th.1/1 - 15 Agustus 2009
Kembali Terpilih Jadi Ketua PWI Indramayu
Pada Konferensi PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Perwakilan Indramayu, di Grand Hotel Trisula, Senin (27/7) lalu, secara aklamasi Makali Kumar terpilih kembali menjadi Ketua PWI Indramayu periode 2009-2012. Sementara sebelum kebulatan dari 50 suara anggota PWI ini disikapi panitia pemilihan yang dipimpin Uyun Achadiat, Sekretaris PWI Jabar, Abu Bakar calon dari kubu lain menyatakan mundur dari pencalonannya.
Hadir dalam kesempatan itu, Sekretaris PWI Prov.Jabar Uyun Achdiyat mewakili Ketua PWI Jabar, H.Yoyo S.Adhireja dan segenap para anggota PWI Kab.Indramayu.
Kepada Pelita, Makali mengatakan, kredibilitas dan integritas seorang wartawan sangat menentukan terwujudnya PWI yang profesional, oleh karenanya melalui tema”Mewujudkan pers yang sehat dan profesional” dirinya berharap seluruh anggota yang tergabung dalam wadah PWI harus dapat lebih maju, dinamis, kreatif, inovatif serta siap dalam menghadapi kemajuan zaman.”Saya akan berusaha semaksimal mungkin agar dapat memberikan kesejahteraan bagi para anggotanya,” tandasnya kepada Pelita.
Kata dia, apabila anggotanya sudah sejahtera maka profesionalisme dapat terwujud yang pada akhirnya akan menjadi seorang wartawan yang bermanfaat dan inklusif, untuk itu saya akan berusaha membawa PWI ke depan menjadi organisasi yang terbuka dan maju.”Hal itu, merupakan salah satu bentuk amanah yang diembannya,” aku Makali.
Lebih jauh dia menuturkan, dirinya bersama para anggota kedepan akan berupaya membawa nuansa baru guna membentuk kepribadian wartawan yang sehat dan berimbang, sehingga dapat memberikan motivasi kepada masyarakat.”Bila ini terwujud maka keberadaan pers akan menjadi mitra kerja pemerintah daerah (Pemda) yang sifatnya untuk membangun masyarakat sehingga masyarakat dapat ikut berperan aktif dalam pembangunan,” terang Makali.
Terwujudnya PWI yang profesional dan sejahtera, terang dia, diartikan bahwa PWI kedepan akan semakin profesional dalam menjalankan roda organisasi dan menjaga citra kredibilitas serta integritas wartawan, sementara artian sejahtera adalah bahwa keberadaan PWI sebagai wadah bagi para wartawan dapat memperjuangkan dan memberikan kesejahteraan pada anggotanya sehingga apabila wartawan telah sejahtera maka diharapkan profesionalisme wartawan dapat terjaga sehingga terwujudnya wartawan yang bermartabat.
Sementara Sekretaris PWI Prov.Jabar, Uyun Achdiyat berharap PWI Kab.Indramayu kedepannya mampu lebih maju, sehingga keinginan untuk memberikan kesejahteraan terhadap anggotanya dapat terwujud dengan baik.”Saya menyarankan agar ketua terpilih menyiapkan para kadernya untuk mengikuti kancah pencalonan ketua PWI yang akan datang,” harapnya.(acep)
os Rakyat No.08 /Th.1/1 - 15 Agustus 2009
Selenggarakan Pelatihan MBS-PAKEM
Program manajemen berbasis sekolah (MBS) dengan menciptakan pembelajaran aktif kreatif efektif dan menyenangkan (PAKEM) merupakan suatu program pemerintah yang merujuk pada UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No.32 tahun 2004 tentanhg Pemerintahan Daerah, peraturan No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Memorandum Of Understanding (MoU) antara UNESCO-UNICEF tahun 2007 tentang program kerjasama Creating Learning Communities for Children (CLCC), institusionalis dan keberlanjutan Programn Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia. Untuk kemudian disosialisasikan kepada para pengajar untuk menciptakan pola membelajaran yang mampu memancing, merangsang dan mengaktifkan daya fikir siswa untuk menjadi lebih peka terhadap diri, lingkungan maupun pelajaran yang diterapkan di sekolah.
Berkaitan dengan itu Pemda Indramayu dan UNICEF bekerjasama menyelenggarakan kegiatan pelatihan Program MBS-PAKEM, yang berlangsung di Hotel Sunyaragi Cirebon 9 – 11 Juli 2009 lalu. Kegiatan pelatihan yang diikuti 31 Pengawas sekolah dari 31 Kecamatan yang ada di kabupaten Indramayu ini diharapkan mampu mensosialisasi plus menerapkannya kepada para guru dan kepala sekolah, guna direalisasikan kepada para siswa.
Agar apa yang menjadi inti persoalan dari kegiatan ini dapat tersampaikan dengan efektif, maka sebagai instruktur atau fasilitator dalam hal ini dipilih orang-orang yang telah mengikuti Training Of Trainer (TOT) tingkat provinsi. Yang diambil dari unsur Dinas Pendidikan dan Bapeda Kabupaten Indramayu sebanyak 5 orang.
Kegiatan pelatihan ini dibuka langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan Drs.H.Suhaeli, M.Si. Suhaeli, dengan harapan seluruh peserta pelatihan dapat mengikuti, memahami plus mengerti maksud serta tujuan kegiatan ini. Agar apa yang mereka peroleh dari kegiatan pelatihan tersebut menjadi suatu tanggung jawab untuk kemudian bisa diterapkan di lapangan, untuk kemajuan dunia pendidikan di kabupaten Indramayu.
“Saya berharap agar saudara saudara mengikuti kegiatan pelatihan ini sampai selesai, sehingga bisa memahami dan mengerti maksud serta tujuannya. Ada pun kegiatan ini telah menjadi program pemerintah untuk pelayanan pembelajaran serta meningkatkan mutu pendidikan yang lebih baik dan lebih maju, melalui manajemen berbasis sekolah (MBS) dengan menerapkan pembelajaran aktif kreatif efektip dan menyenangkan (PAKEM),” papar Suhaeli.
Sementara Kasie Kurikulum Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan Indramayu, Drs. Masdik,MM menjelaskan, bahwa kegiatan ini selain menambah wawasan plus pengetahuan pengawas sekolah tentang MBS dengan PAKEM, juga diharapkan mampu mengikusertakan Peran Serta Masyarakat (PSM) pada saat mensosialisasikan pengalaman tersebut pada saat memberikan pendampingan kepada guru dan kepala sekolah. Sebagai upaya menguatkan peran serta kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pada pendidikan sekolah dasar, serta tersusunnya format dan instrumen pendampingan mengajar oleh pengawas sekolah. (as)
Pos Rakyat No.08 /Th.1/1 - 15 Agustus 2009
Sampai Ke Resonansi Sepanjang Usia
Bocah belasan tahun yang dulu pernah menjadi penunggu tetap Gedung Panti Budaya, Dewan Kesenian Indramayu, ditemani lelaki paruh baya yang setia menjagakannya untuk bangun pagi, menyapu dan membersihkan pekarangan gedung itu, kini tak ditemukan lagi. Karena waktu benar-benar telah merubah semuanya.
Bocah belasan tahun yang tak sempat menamatkan SMP dan konon lari dari kampung halamannya, Ponorogo itu adalah Agus Purnomo. Kini dia sudah tumbuh dewasa dan jauh dari kekerasan hidup seperti beberapa tahun lalu. Dan lelaki paruh baya itu Yohanto A Nugraha yang harus setia mengajarkan arti hidup tanpa prasangka. Mereka bagai anak dan bapa yang sama-sama diintai dan mengintai waktu untuk tidak terjebak di dalamnya.
Kini Agus Purnomo sudah bukan lagi bocah belasan tahun yang sering terjebak hujan karena tak bisa membaca tanda-tanda cuaca. Kini Yohanto A Nugraha makin lebih berwibawa berkomunikasi dengan anak asuhnya. Lalu kini keduanya tersenyum bersama dalam satu even bergengsi di Grand Hotel Trisula.
Agus Purnomo tumbuh berkembang menjadi seorang fotografer, dan Yohanto A Nugraha sejak lama membenamkan diri di dunia kepenyairan. Agus Purnomo yang lahir 28 Maret 1983 itu oleh Grand Hotel Trisula diberi kepercayaan untuk mempamerkan kurang lebih 50 foto-foto karyanya, selama 3 hari berturut, dari tanggal 20 – 23 Juli 2009. Sedangkan Yohanto A Nugraha mengemas 54 tahun usianya dalam satu kumpulan puisi bertajuk “Resonasi Sepanjang Usia” yang dibacakan di Grand Hotel Trisula juga pada 22 Juli 2009.
Agus Purnomo dengan 50 foto-foto karyanya itu memilih objek serupa, yakni dunia anak yang tentunya bukan berangkat dari kepahitan hidup yang pernah dirasakannya. Tapi lebih dari sebagai upaya merekam keceriaan mereka yang suatu hari tak lagi mereka temukan ketika waktu menggiringnya menjadi orang dewasa.
Dunia kanak-kanak laki dan perempuan yang lucu, lugu, lurus dan penuh keceriaan terekam dalam berbagai pose diantara ruang dan waktu. Seolah ingin membeberkan pada dunia bahwa mereka masih menyimpan banyak harapan. “Jadi jangan rampas waktu bermain mereka, jangan rusak masa depan mereka dan jangan patahkan senyum tawa mereka,” begitu kata Purnomo, sebagai ungkapan keprihatinannya di peringatan Hari Anak Sedunia waktu itu.
Resonansi Sepanjang Usia
Sementara Yohanto A Nugraha, penyair yang kini memasuki usia (belum) senja itu telah mempertanggungjawabkan album puisinya Resonansi Sejanjang Usia. Walau pun hanya dengan kata-kata, “jangan salah menginterprastasikan karya seseorang, itu berbahaya,” jelasnya ke hadapan sejumlah pengunjung yang malam itu hadir menyaksikan pembacaan dan pembicaraan puisi-puisinya.
Memang kegiatan sastra di Indramayu malam itu jauh lebih istimewa dari yang sudah-sudah, selain digelar di Aula Pertemuan Grand Hotel Trisula. Agung Nugroho, wartawan Pikiran Rakyat dan Pemerhati Budaya yang membicarakan puisi-puisi Yohanto A Nugraha dalam kertas kerjanya berjudul Bermetamorfosa Dalam Bentuk, Abuk Berteriak Lirih” itu. Tanpa basa basi terasa sekali kejuran Agung menyileti batang tubuh puisi-puisi Yohanto.
Selain Agung Nogroho, pembicara lain bernama lengkap Fuzail Ayad Syahbana, dalam kertas kerjanya Kegamangan Aku Liris Di Antara Lalu Lalang Teks, mempersingkat namanya menjadi lebih AYAD. Dan ini memang terasa lebih penyair, kata moderator.
Karuan, ternyata dengan nama yang singkat itu, AYAD menjadi tidak punya basa basi lagi, dia memang harus jujur pada dirinya bahwa karya-karya Yohanto A Nugraha masih belum bisa dia pahami, sebagai mozaik kata-kata dengan miskin makna. (acep syahril)
Sabtu, 15 Agustus 2009
Pos Rakyat No.08 /Th.1/1 - 15 Agustus 2009
Album Perdana “Cinta Mayapada” Sambangi Pasar Ndermayu
Kreatifitas mungkin tidak melulu untuk unjuk kebolehan atau pamer kemampuan atas ide yang digulirkannya. Bisa saja sebagai upaya pembelajaran masyarakat atau bank informasi yang berguna bagi orang banyak.
Seperti Keraton Band Indramayu, lima personal dari latar belakang kreatifitas yang berbeda seperti, pelukis, pelawak, pemusik dan fotografer ini, adalah Syayidin, SR pegang keyboard dan pencipta lagu (perupa), Sihabudin vokal (Lebe’pelawak), D. Wardana bass gitar (pemusik), Maday melody gitar, Ade Tohri dramer dan Oni vokalis pendamping. Yang dalam waktu dekat akan meluncurkan album perdananya “Cinta Mayapada”.
Menurut Syayidin, kepala suku Keraton Band yang punya peranan penting dalam mengolah ide serta album “Cinta Mayapada” berikut video klipnya itu. Digarap berdasarkan akumulasi persoalan yang ada di Indramayu, seperti isu miring tentang perempuan atau beberapa persoalan lain yang dianggap memojokkan citra kota mangga selama ini. Selain tertuang pada syair lagu juga tertayang pada klipnya. Hal ini tentu menarik, karena tidak hanya menonjolkan sisi kreatifitas tapi juga ada upaya-upaya membelokkan imej buruk sebagai bentuk net work (kerja budaya). Dengan aliran musik lebih pada ‘rock melayu’ yang kecenderungannya banyak berkembang di daerah-daerah pesisir.
Oleh Syayidin diakui, kalau aliran musik Keraton Band memang tidak lepas dari pengaruh rock melayu yang berkibar sejak kemunculan kelompok musik Iklim atau Amy Search dari Malaysia, yang albumnya sempat meledak di Indonesia paruh 80-an. Karena aliran musik yang satu ini menurutnya cukup elastis, tidak jauh-jauh amat dari dangdut atau pop. “Artinya aliran musik kami bisa jadi pilihan alternative bagi mereka yang tidak memiliki kecenderungan pada dunia musik,” tutur Syayidin.
Delapan buah lagu pada album perdana mereka, Cinta Mayapada yang dirilis pertengahan February lalu berikut video klipnya ini, digarap realis dengan mengambil setting Shanghai serta beberapa objek lain yang ada di Indramayu.
“Kita memang berharap banyak dari kehadiran Keraton Band, paling tidak bisa memberi warna lain pada masyarakat pengkonsumsi atau penikmat musik yang mulai kendur oleh menurunnya kreatifitas musisi daerah yang pernah merajai pasaran musik Indramayu beberapa tahun belakangan ,” lanjut Syayidin. (as)
Kamis, 02 Juli 2009
Pos Rakyat No.07 /Th.1/1 - 15 Juli 2009
Hallo temen-temen Arena SD, MI, SMP, M.Ts, SMA, MAN dan SMK, untuk tampilan perdana rubrik Arena ini, kami dari Tim Pengasuh menjatuhkan undangan ke SMAN 1 Krangkeng-Indramayu sebagai Tamu istimewa tentunya untuk menyuguhkan kegiatan eskul, dengan laporan perjalanan study wisata. Mereka adalah: Uun Unayah, Abdul Kodir, Miftahuddin, Carto, Rasidi dan Ulvatul Hasanah. Dan untuk terbitan selanjutnya siapa yang bakal jadi Redaksi Tamu kita ya, dan dari sekolah mana? Makanya sekarang kamu harus terus latihan menulis dengan memperbanyak membaca. Oke!
SMA Linggajati Go Publik
Kedatangan Pos Rakyat ke sekolah kami adalah sesuatu yang diluar dugaan sebenarnya, sebab terus terang dengan keberadaan Pos Rakyat kami bisa membagi pengalaman dan informasi, baik kepada seluruh kawan Journalis Junior di sekolah-sekolah lain, dan paling khusus kepada Bapak Bupati Pemerintah Kabupaten Indramayu untuk bisa melihat kami masih tegar belajar saat ini. Aku (Uun Unayah) dan kelima temanku, Abdul Kodir, Miftahuddin, Carto, Rasidi dan Ulvatul Hasanah.adalah siswa/i yang saat ini duduk dikelas 2 SMA Linggajati. Sekolah yang baru Berdidiri 3 tahun lalu, persisnya di Jalan. Raya Linggajati No. 218 Desa Linggjati, Kec. Arahan, Kab. Indramayu. Meski terbilang baru tapi gaungnya gak kalah menarik bo dengan sekolah-sekolah lanjutan atas lainnya, meski siswanya masih bisa dihitung dengan jari tapi yang namanya semangat untuk keluar dari ketertinggalan, jangan dibilang! Dan meskipun kegiatan belajar kita masih numpang di SDN 1 Linggajati, tapi hal ini tidak menyurutkan semangat kami untuk belajar, apalagi sebagian dari kami tergolong anak-anak yang kurang mampu dalam hal ekonomi. Namun ingat kita bukan sedang menjual kemiskinan Loh, kita jujur! Sebagai kaum marjinal kita gak mau dalam hal pendidikkan dimarjinalkan, sebab sebagai bangsa Indonesia kita punya hak yang sama untuk mengenyam dunia pendidikkan, dicerdaskan atau mencerdaskan.
Kepala Sekolah, pak Lutfi Efendi, S.pd dengan segenap Guru yang mengajar di SMA ini selalu memberi dorongan, agar kami tidak lemah dan giat belajar. Hal ini sangat membantu memulihkan semangat kami yang selama beberapa waktu sempat down. Dan dari sekolah ini juga kemudian kami mendapat banyak pelajaran berharga, bahwa materi bukanlah suatu penghambat bagi seseorang untuk maju. Meski orang tua kami cuma petani, pedagang, nelayan, buruh atau dengan banyak pekerjaan yang sifatnya serabutan, tapi semua itu bukanlah penghalang bagi kami untuk terus sekolah.
Persoalan ekonomi dan status sosial yang awalnya membuat kami pesimis untuk bersekolah telah kami lalui, namun sekarang datang lagi cobaan baru, yakni sindiran dan cibiran soal status sekolah kami dianggap belum jelas selain keberadaannya masih numpang belajar di SDN 1 Linggajati. Di sekolah ini kami harus setia menunggu siswa SD yang masuk pagi bubar, setelah itu baru gantian kami yang menempati. Dengan kondisi belajar seperti ini (masuk siang), kadang membuat kami sedikit tidak nyaman, sebab saat matahari diatas kepala dan menyilaukan mata, dan saat teman-teman sekolah lainnya sedang istirahat kami harus berangkat kesekolah berpayung matahari dan bermandikan keringat. Setelah mengayuh sepeda dengan jarak tempuh kuranglebih 10 km, yakni jarak terjauh dari seluruh siswa yang belajar di sini.
Artinya jelas, di saat kemarau kami harus menerima dua kali lipat rasa panas sengatan matahari, sedangkan saat musim hujan tiba kami kehujanan. Namun demikian baik mengenai status sekolah serta dua musim yang fenomenal itu tidaklah menjadi halangan atau melunturkan semangat kami untuk menuntut ilmu. Selain status sekolah yang sering jadi bahan cemoohan, serta dua musim yang kini telah membuat kami kuat, kini kami harus sabar menunggu entah sampai kapan terlengkapinya fasilitas belajar di sekolah kami.
Saat ini kami hanya bisa meyakinkan, menyenangkan dan membesarkan hati Kepala Sekolah serta para Guru, bahwa kami telah menerima kenyataan ini dan siap belajar untuk membuktikan kepada sekolah-sekolah lain, kalau Kami Juga Bisa. Serta berdo’a semoga Bapak Lutfi Efendi selalu diberi jalan keluar untuk menghantarkan sekolah ini menjadi lebih baik.
”Jadi kepada seluruh kawan-kawan Journalis Junior dan kawan-kawan pembaca Arena yang setia doakan kami ya. Yakinkan juga mereka yang merasa senasib dengan kami, agar tetap semangat dan terus maju ya!”
Sekolah, Kerja atau Menikah?
Kami dari seluruh siswa yang belajar di SMA Linggajati berasal dari dua kecamatan, yakni kecamatan Arahan dan kecamatan Cantigi. Sejak dulu budaya berfikir para orang tua kami kalau kami sudah selesai SD atapalagi SMP, tidak ada pilihan lain kecuali bekerja ke luar negeri atau menikah. Pasalnya selain tidak ada sekolah lanjutan atas, orang tua kami juga berasal dari keluarga ekonomi lemah, jadi kedua persoalan ini sangatlah tepat untuk menjadi alas an mereka. Sedangkan orang tua yang mau menyekolahkan anaknya bisa dihitung dengan jari.
Atas keprihatinan ini akhirnya 3 (tiga) tokoh pemuda yang dipercaya masyarakat sekitar, yaitu Pak Rastaman, Pak Lutfi Effendi dan Pak Benarto bersepakat mendirikan sebuah lembaga pendidikkan SMA, tepatnya Juli 2005. Dengan anggaran seadanya serta mendepankan kualitas bangunan yang tak kalah menarik dengan sekolah-sekolah lain, maka SMA Linggajati pun berdiri. Hingga 18 Juli 2006 status SMA Linggajati pun di akui. Pada smester pertama aktivitas SMA ini baru dihuni 5 siswa, di hari-hari berikutnya para orang tua atau langsung calon siswanya sendiri datang mendaftar, hingga berjumlah 52 siswa.
Pada saat kami dalam konsesntrasi belajar tiba-tiba terdengar kabar, kalau nama SMA Linggajati sempat diprotes dan menuai konflik dari Dinas Pendidikan Indramayu. Pasalnya nama SMA Linggajati berhubungan dengan nama suatu tempat atau daerah bersangkutan. Sementara dalam aturan bahwa sekolah swasta tidak diperbolehkan menggunakan nama tempat atau daerah.
Tapi setelah melalui jalan dialog serta penjelasan yang argumentative, dijelaskan bahwa nama LINGGAJATI bukan nama daerah atau tempat melainkan nama pahlawan. Akhirnya Dinas Pendidikan Indramayu pun menyetujui nama tersebut. Dan sekarang siswanya bertambah jadi 75 orang yang terbagi dalam tiga kelas, yakni kelas X 18 siswa, Kelas XI 27 siswa dan Kelas XII 30 siswa. Rencana Kepala Sekolah bulan oktober mandatang akan dibuat 3 ruang kelas baru, untuk menampung jumlah siswa yang diprediksi akan terus bertambah. (Uun Unayah, Abdul Kodir, Miftahuddin, Carto, Rasidi dan Ulvatul Hasanah) (as)
Pos Rakyat No.06 Th.1/16 - 30 Juni 2009
Journalis Junior SMKN 2/SMKN Kelautan - Indramayu
Hallo temen-temen Arena SD, MI, SMP, M.Ts, SMA, MAN dan SMK, untuk tampilan perdana rubrik Arena ini, kami dari Tim Pengasuh menjatuhkan undangan ke SMAN 1 Krangkeng-Indramayu sebagai Tamu istimewa tentunya untuk menyuguhkan kegiatan eskul, dengan laporan perjalanan study wisata. Mereka adalah: Defi, Sa’adah, Sa’diyah, Iis, Ika, Lili, Nur, Ratno, dan Tanto. Dan untuk terbitan selanjutnya siapa yang bakal jadi Redaksi Tamu kita ya, dan dari sekolah mana? Makanya sekarang kamu harus terus latihan menulis dengan memperbanyak membaca. Oke!
Karena Lingkungan Sehat Kami Betah Belajar
Memang sekolah kita, SMKN 2 atawa SMKN Kelautan tergolong baru dan merupakan satu-satunya sekolah yang ada di kota mangga ini. Tapi walau pun baru sekolah kita sudah menerapkan standar manajemen mutu (SMM) ISO 9001-2000, yang tidak hanya memanej proses belajar kita menjadi lebih baik, tapi juga sebagai control manajemen untuk menciptakan tenaga pengajar, kinerja manajerial dan pimpinannya selaku pengambil kebijakan agar bekerja lebih professional dan handal dalam mempersiapkan manusia-manusia berkualitas dan teruji di negeri ini. Jadi maaf kalo tadi kita minta ma kamu-kamu yang suka usil, tolong usilnya diciptakan lebih kreatif dan membangun supaya kita-kita orang bisa belajar dari kamu, key!
Soalnya sebagai SMK Damay (SMK Dua Indramayu) kita memang selalu berharap untuk tetap dalam keadaan damay, kreatif inovatif. Sehingga ketiga (3) Jurusan di SMK kita seperti, Nautika Perikanan Laut (NPL), Teknologi Hasil Prikanan (THP) dan Teknik Komputer Jaringan ini bisa lebih termotivasi oleh keusilan keusilan atau isu isu bermutu yang dapat menambah dan memacu konsentrasi belajar kita.
Dan yang perlu kamu ketahui, meski pun seragam kita seperti seragam aparat penuh atribut namun yang namanya latihan fisik en ketangkasan bekerja kita ga merasa risih kok. Atribut-atribut itu hanya lambang atau simbol yang mencirikan sekolah kita. Kita bangga kok dengan SMKN 2 Indramayu yang mau memberi kesempatan kita untuk sekolah di sini, sebab selain disiplin dan ketat kita juga dituntut untuk selalu peka terhadap lingkungan dan orang lain. Hal ini untuk melatih diri dan mental kita yang senantiasa dibutuhkan di pasar-pasar industri nantinya. Jadi sikap disiplin, rapih, bersih dan peka terhadap lingkungan serta perkembangan budaya di sekitar kita yang diterapkan SMKN Kelautan sangatlah beralasan.
Kepala sekolah kita Drs. H. Eddy Romdhon yang Master itu tidak bosan-bosannya mengingatkan agar kita lebih menghargai waktu serta kesempatan yang ada saat ini. Seperti juga missi yang harus kita buktikan kelak: Memberikan layanan bagi masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan bidang Perikanan, Kelautan dan Teknologi Informasi Komunikasi yang professional dan mampu bersaing di dunia internasional serta aktif memberikan pelayanan dan konsultasi kepada usaha perikanan termasuk teknologi informasi dan komunikasi di Indramayu. Jadi sekali lagi maaf ya….. kita bukan sekedar tukang ngangkutin keranjang ikan, membersihkan ikan atau nangkapain ikan aja. Tapi lebih dari itu, kita dipersiapkan menjadi manusia-manusia berkualitas, mandiri dan professional yang nantinya dibutuhkan banyak pasar. Gimana…….Kamu mau ikutan belajar juga silahkan datang ke sekolah kita.
Soal prestasi kita kira wajar-wajar saja law kemarin bisa nyabet juara 1 pada lomba Marching Band se kabupaten Indramayu. Sebab itu merupakan salah satu wujud kedisiplinan, kesehatan mental fikiran, kekompakan, kerapihan, kepekaan dalam menangkap kelebihan dan kekurangan orang lain. (Defi, Sa’adah, Sa’diyah, Iis, Ika, Lili, Nur, Ratno, dan Tanto) (as)
Pos Rakyat No.05 Th.1/1-15 Juni 2009
Journalis Junior: SMAN 1 Kandanghaur-Indramayu
Hallo temen-temen Arena SD, MI, SMP, M.Ts, SMA, MAN dan SMK, untuk tampilan perdana rubrik Arena ini, kami dari Tim Pengasuh menjatuhkan undangan ke SMAN 1 Krangkeng-Indramayu sebagai Tamu istimewa tentunya untuk menyuguhkan kegiatan eskul, dengan laporan perjalanan study wisata. Mereka adalah: Caryono, Dwi Anggraeni, Raminih, Ade Ruwanti dan Mery Martaharahap. Dan untuk terbitan selanjutnya siapa yang bakal jadi Redaksi Tamu kita ya, dan dari sekolah mana? Makanya sekarang kamu harus terus latihan menulis dengan memperbanyak membaca. Oke!
Karena Lingkungan Sehat Kami Betah Belajar
Laporan Dari SMAN 1 Kandanghaur-Indramayu:
Aku (Caryono) dan empat temenku, Dwi Anggraeni, Raminih, Ade Ruwanti dan Mery Martaharahap adalah siswa siswi yang kini duduk belajar di SMAN 1 Kandanghaur, ketika usia sekolah kami menginjak 30 tahun ini. Meski usianya sudah lebih dari setengah abad tapi penampilan fisiknya tidak kalah menarik dari sekolah-sekolah lain, inilah yang membuat kami bangga dan punya rasa memiliki terhadap keberadaannya yang selalu ingin tampil beda itu.
Posisi sekolah kami persis di pinggir jalan raya pantura dan beberapa kilo meter saja dari pantai pesisir laut Indramayu, dan kamu tau kan bagaimana rasa panas di pantai. Selain jalan raya pantura sebagai jalur transportasi umum yang prekuensi kendaraannya cukup tinggi menghubungkan Jakarta serta kota-kota lainnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang membuat kami gerah dan gelisah. Namun ketika semua itu kami jalani dan kami nikmati dengan berupaya mencari solusi, akhirnya semua itu bisa teratasi.
Kepala sekolah kami Drs. H. Budi Santoso bersama guru guru lainnya tidak pernah bosan menghimbau agar kami selalu memperhatikan lingkungan sekolah, dengan menganjurkan agar lebih peka dan kreatif dalam merespon lingkungan. Salah satu wujud dari kesensitifan dan kreatifitas kami adalah ketika merespon dan megolah sampah menjadi pupuk kompos. Setelah kewajiban bagi setiap orang di sekolah ini berjalan sebagaimana mestinya, yakni wajib menanam dan wajib merawat seluruh bunga dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Sebab hanya dengan tumbuhan dan tanam-tanaman seperti itulah polusi, panas matahari serta kebisingan bisa teratasi, disamping oksigennya tetap terjaga di lingkungan yang sehat.
Jadi tak heran kalau kemudian sekolah ini tidak hanya membuat kami betah belajar di dalamnya, tapi setiap tamu yang datang juga seolah merasakan hal yang sama. Suasana sejuk dengan angin segar bertiup berseliweran diantara warna warni bunga dan hijau dedaunan, kadang terasa memukul-mukul tulang-tulang jendela dan menyapa kami yang tengah asyik belajar dengan buku dan kata.
Berbagai upaya terus dilakukan Kepala sekolah bersama guru-guru untuk melengkapi keberadaan sekolah kami, dari upaya meningkatkan prestasi belajar siswa sampai pada prestasi pelayanan dan managemen pendidikkannya. Selain itu kerja sama kepala sekolah, guru dan ketua organisasi intra siswa (osis) juga tetap terus terbangun, hingga jarak antara kami terasa lebih dekat dan akrab dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai persahabatan, etika dan estetika.
Sementara prestasi dan kompetisi terus berlangsung sehat, yang tak hanya berani berkokok di kandang tapi juga berani berkompetisi di luar dengan melahirkan banyak prestasi akademik dan non akademik, baik ditingkat kecamatan, kabupaten mau pun di tingkat propinsi. Dan kini sekolah kami memiliki nilai Akreditasi A, sebuah pertaruhan yang harus kami hargai dan harus kami jaga bersama. (Car, Dwi, Ram, Ade dan Mery) (as)
Pos Rakyat No.04 Th.1/16 - 30 April 2009
Hallo temen-temen Arena SD, MI, SMP, M.Ts, SMA, MAN dan SMK, untuk tampilan perdana rubrik Arena ini, kami dari Tim Pengasuh menjatuhkan undangan ke SMAN 1 Krangkeng-Indramayu sebagai Tamu istimewa tentunya untuk menyuguhkan kegiatan eskul, dengan laporan perjalanan study wisata. Mereka adalah: Andes Pradesa, Muhammad Rizki Faisal, Laura Yohana S, Jesika Fedi Y, Andi Suwanto. Dan untuk terbitan selanjutnya siapa yang bakal jadi Redaksi Tamu kita ya, dan dari sekolah mana? Makanya sekarang kamu harus terus latihan menulis dengan memperbanyak membaca. Oke!
Rabu, 01 Juli 2009
Study Wisata Dan Milih Mau Kuliah Di Mana
Senin Pagi pukul 06.45 punggung bis basah, kami sampai di kota pertama, Purwokerto. Selimut kabut bergerak menarik diri dari tubuh gunung slamet, supir bis sengaja menghentikan kendaraannya di tempat peristirahatan seolah memberi kesempatan pada kami untuk bersiap-siap mengemasi seluruh bawaan menjelang sampai ke tempat tujuan.
Dua jam kemudian kami sampai di Objek Wisata Baturaden yang posisinya persis di kaki Gunung Slamet, Jawa tengah. Lokasi wisata yang terkenal dengan jembatan gantung serta sempat mengingatkan kami pada peristiwa 5 tahun lalu. Di mana beberapa pelajar Indramayu sempat jadi korban saat terjadinya insiden di Jembatan Gantung ini.
Siang harinya kami bergerak ke Unsoed, di depan kampus itu berdiri patung Jendral Soedirman berkuda yang seolah menyambut kedatangan kami, serta beberapa Dosen didampingi sejumlah mahasiswa alumni SMA N 1 Krangkeng.
Dari Unsoed kami langsung ke wisata air Owabong. 1,5 jam lebih kami menikmati sejuknya air dan udara di situ, membiarkan imajinasi bergerak leluasa merespon segala pemandangan dengan mata terbuka. Tapi namanya juga perjalanan jauh pasti ada saja yang sakit, satu teman kami dari kelas IPS harus di bawa ke Rumah Sakit Kebumen.
Keesokan harinya, Selasa 24 Maret 2009 kami masuk Hotel Bhineka Yogyakarta, dan pukul 08.00 paginya kami menginjakkan kaki di Universitas Gadjah Mada, perguruan tinggi terbaik pada urutan 316 Tingkat Dunia.
Dari UGM kami bergerak ke Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Salah satu Perguruan Tinggi Negeri dengan gedung olah raga (GOR) bertaraf Internasional. Di situ kami disambut utusan Dosen serta layar in focus yang di pasang di halaman kampus sebagai ucapan selamat datang, di dalamnya tampak beberapa alumnus SMA N 1 Krangkeng. Dari kunjungan kami di ketiga Perguruan Tinggi selain adanya kesempatan berdialog, masing-masing utusan dosen punya cara tersendiri saat memberikan arahan, motivasi, dorongan moril dan pemaparan profilnya. Yang dalam hal ini tidak hanya membuat kami terkesan, tapi juga tumbuhnya semangat belajar untuk kemudian berharap bisa kuliah di salah satu perguruan tinggi tersebut.
****
Setelah semua kegiatan kunjungan study dan pengumpulan informasi tentang ketiga perguruan tinggi yang menjadi program kegiatan sekolah kami di tahun ini selesai. Sekarang saatnya wisata mengendurkan sayaraf dengan mengunjungi Candi Prambanan dan Malioboro. Karena kedua objek wisata ini merupakan ikon budaya yang kuat di tanah air. Selain sebagai symbol puncak-puncak kebudayaan Indonesia yang dahsyat dengan karya adiluhung dari kekuatan akal budi manusianya. Prambanan juga menyimpan nilai sejarah yang tak habis dibaca.
Sementara Malioboro yang membentang sepanjang 2 km antara Gedung Seni Sono dan Stasiun Tugu itu memiliki tebaran imajinasi yang lebih panjang dari jaraknya yang ada. Di situ orang-orang tumpah datang dari berbagai sudut kota Indonesia dan penjuru dunia berjalan berjubel memadati, melihat-lihat, menikmati dan membeli segala pernak pernik souvenir karya kreatif tangan-tangan terampil manusianya.
Waktu terus merayap seperti manusia dan kendaraan yang lalu lalang di kota kecil berjuluk kota terpadat di dunia ini, karena di dalamnya terdapat hampir sebagaian besar suku di Indonesia dan suku bangsa dunia, melancong mengelana.
Selamat malam Yogyakarta
kedatanganku bukan untuk siapa-siapa
tapi untuk sebuah suasana
1 jam kami hunting dan melakukan transaksi dengan para penjual souvenir, penjual pakaian, makanan khas Ba’pia dan Wingko Jogja menjadi oleh-oleh dari perjalanan study wisata ini. Lalu tepat pukul 21.00 kami pun beringsut meninggalkan Malioboro, menuju Hotel berkemas cek out dan menuju Bis pulang ke Indramayu. (Sal, Ura, Jesi, Andi, Andes) (as)
Padahal Sekolah Pertama di Kecamatan Krangkeng Yang Dibangun Tahun 1918
Memang, untuk prestasi akademik SDN 2 Srengseng bukan tempatnya, selain dari sekolah ini juga konon belum melahirkan orang-orang sebesar Indriya Samego, tapi paling tidak H. Deddy, S.Pd KCD Pendidikan Krangkeng pernah belajar membaca atau berhitung di sekolah ini. “Tapi apakah karena mutu pendidikannya kurang lantas kondisi bangunannya juga harus dibiarkan terus berkurang.” Begitu, tanya Sopan (32), salah seorang tokoh pemuda setempat yang juga pernah bersekolah di SD ini.
Hampir sebagian besar kondisi bangunan tampak rusak, baik tembok (dinding pembatas), lantai, genting sampai tulang penyangga plaponnya pun sudah ada yang jebol dan dikhawatirkan rubuh. Meski kondisi bangunanya kian hari kian parah, tapi yang namanya minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya di SDN 2 Srengseng jauh lebih besar dari SD SD lain yang ada di desa setempat. Setiap tahun ajaran baru tiba, Kepala Sekolah dan Gurunya selalu kerepotan memberi alasan kepada para orang tua, agar mendaftarkan anaknya ke SD yang satunya lagi, karena jumlah penerimaan muruid di SDN 2 Srengseng sudah berlebih. Namun alasan tersebut selalu ditampik, dan akhirnya mereka terpaksa harus diterima.
“Jadi tidak heran Pak kalau di sekolah kami setiap kelasnya berisi 50 siswa, dan ini memang melebihi dari jumlah rombongan belajar yang sedianya 40 orang itu. Tapi apa mau dikata, selain peminat masyarakat besar untuk menyekolahkan anak-anaknya, jumlah ruang kelas yang terpakai Cuma 7, sedangkan yang lainnya sudah tidak berani ditempati demi keamanan dan keselamatan siswa,” ujar Pak Roki dan Komar kepada PR.
Sementara menurut Komar, Guru Bahasa yang mewakili kepala Sekolah baru, Aliyah, S.Pd, mengatakan bahwa pengajuan perbaikan sekolah ini sudah di respon pihak Dinas Pendidikan, dan tinggal menunggu kapan kepastian realisasinya. (as)
Puisi
Resah
Ditemaram bintang
jalanan sibuk
‘tuk mendengar resahku
Adakah angin yang sudi
mengantar kisahku
Kelas XII IPA
SMAN Unggulan Jatibarang
Pemilu
Satu yang ditunggu
tuk mencapai Negara maju
tuk berikan kepercayaan baru
tuk pilih pemimpin yang mampu
Pemilu
jutaan makna
untuk wajah Indonesiaku
Kls XII IPA 1
SMAN 1 Sindang-Indramayu
Rahasia Dua Gelisah Yang Berbeda
oleh: acep syahril
Sepertinya sulit bagi setiap orang untuk memulai pekerjaan yang belum dia kenali betul jenis pekerjaannya, seperti seorang yang baru mengenal dunia montir atau tukang servis radio dan tv. Jangankan untuk memperbaiki kerusakan dua benda tersebut, melihat seluruh perangkat eletronik yang menempel saling taut bertaut dengan kabel serta komponennya yang serba kecil itu saja, akan membuat seseorang tadi pusing. Tapi ketika montir yang ahlinya turun memperbaiki salah satu kerusakan dari kedua benda itu, barulah seseorang tadi manggut-manggut.
Keesokan harinya seseorang tadi kembali memperhatikan si montir memperbaiki kerusakan tv konsumen yang baru. Sambil memegang buku panduan, mencatat setiap komponen yang rusak atau yang perlu diganti, kadang dia ikut terlibat mencari tau penyebab rusaknya tv tersebut. Dan hal ini dia lakukan terus menerus hingga kemudian dia sendiri berani untuk mengambil alih kerja si montir tadi memperbaiki radio konsumen.
Hal ini tidak jauh beda dengan dunia tulis menulis. Seseorang baru akan terasa terkagum-kagum ketika membaca hasil tulisan temannya yang sudah dimuat di surat kabar, tapi dia sendiri ketika berupaya tampil seperti temannya selalu saja menemui kesulitan.
Dan dia tidak tau kalau temannya tadi tidaklah tampil ujug ujug sebagai penulis, tapi telah melalui proses panjang, dengan banyak belajar, banyak bertanya dan banyak membaca, baru kemudian masuk dalam latihan menulis. Jadi profesi menulis bukanlah berdasarkan bakat, tapi lebih pada niat dan keinginan besar, apalagi bagi kamu yang sudah mulai menyukai dunia penulisan, entah itu cerpen atau puisi.
Kali ini Arena menampilkan dua penulis puisi, yakni Eva Istiana, kelas XII IPA SMAN Unggulan Jatibarang-Indramayu dan Ade Tika Rahmawati, kelas XII IPA 1 SMAN 1 Sindang-Indramayu. Eva Istiana dengan puisi berjudul “Resah” sedangkan Ade Tika Rahmawati dengan “Pemilu”.
Keduanya memiliki penampilan dan steel yang berbeda, kalau Eva tampil dengan nuansa pribadi atau dunia dalam dirinya yang penuh gelisah /Adakah angin/yang sudi mengantar kisahku/. Yang dalam hal ini sulit diterka, apa bentuk kegelisahan yang tengah dirasakan Eva? Padahal penggunaan bahasanya sangat konvensional, tapi karena pada struktur puisi ini terdapat unsur imajinasi serta bahasa simbolik yang kuat untuk menyamarkan persoalan penulisnya. Sehingga pembaca dipaksa untuk menjabarkan rahasia puisi tersebut.
Berbeda dengan Ade Tika Rahmawati dalam puisi Pemilu nya, Ade tampil bersama gelisahnya yang lain dengan bahasa konvensional yang sedikit verbal, dipoles citraan yang menarik hingga memiliki makna cukup dalam /Pemilu/jutaan makna/untuk wajah Indonesiaku/.
Sebagai generasi muda, generasi penerus pembangunan dan pemilih pemula di negeri ini, Ade Tika juga punya rasa tanggung jawab moral dan hak untuk ikut menentukan kemana arah bangsa ini berjalan, /tuk berikan kepercayaan baru/ dan /tuk pilih pemimpin yang mampu/.
Leksikon:
Lahir di Cirebon-Jawa Barat, 6 Oktober 1962, dia adalah salah seorang penyair Indonesia yang kini berdomisili di Indramayu. Selain menulis puisi dia juga aktif mengelola Forum Masyarakat Sastra Indramayu yang mempasilitasi kegiatan disukusi bagi penyair setempat. Pemikiran-pemikiran bernasnya yang tidak pada setiap forum terlontarkan sangat diperhitungkan dalam pembicaraan peta kesastraan di Indramayu. Hal ini juga sangat terwakili pada karya-karya puisinya yang cukup memberi warna pada dunia kepenyairan Indramayu. Sebagian besar puisinya selain termuat di beberapa surat kabar, juga dimuat dalam sejumlah buku kumpulan puisi, seperti: Sajak-Sajak (1983), Tanah Garam (1992), Kiser Pesisiran (1994), Dari Negeri Minyak (2001) dan Tanah Pilih (2008, Bunga Rampai Puisi Temu Sastrawan Indonesia I). (as)
SMPN Unggulan Indramayu
Belum Menentukan Cita-Cita
Semua orang punya cita-cita atau pilihan cita-cita, tapi tidak semua orang bisa menentukan bercita-cita mau jadi apa, seperti halnya Faldi Faturohman, siswa Kelas VIII SMPN Unggulan Indramayu yang berhasil lolos sebagai pemenang Olimpiade Sains Nasional 2009, Bidang Fisika untuk Tingkat Kabupaten ini. Menjelang keberangkatannya ke Bandung dalam kompetisi di Tingkat Nasional, Faldi sempat ditemui tim Arena dari PR, dan sejenak berbincang-bincang seputar kesehariannya. Ternyata bungsu dari dua saudara kelahiran 13 Desember 1994, putra Pak Dadon, Amd yang guru SMPN 2 Gegesik Cirebon itu, memiliki kebiasaan unik. Kalau dia sudah suntuk belajar, video game adalah sasaran kompensasinya, di situ Faldi bisa sampai berjam jam tanpa ingat makan dan istirahat. Sementara orang tua, guru atau teman-temannya kadang khawatir soal kemampuan kompetisi yang tengah dihadapinya, tapi ternyata hal itu tidak berpengaruh. Buktinya pada tahun 2008 lalu Faldi juga berhasil menyisihkan lawan-lawannya, dan keluar sebagai pemenang Olimpiade Mifa Sains Nasional.
Ketika ditanya, mengapa harus memilih sekolah di SMPN Unggulan Indramayu, padahal rumahnya lebih dekat dengan sekolah (SMPN 2 Gegesik-Cirebon) tempat Ayahnya mengajar. “SMPN Unggulan lebih mengutamakan kualitas belajar, disiplin dan tertib dalam segala hal,” ujarnya. (as)
Inayah Mauladi
SMP Al-Ishlah Boarding School
Ingin Mengabdi Di Dunia Pendidikan
Komitmen Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Indramayu dalam memajukan dunia pendidikan, bisa dibuktikan dengan upaya keras berbagai elemen yang ikut terlibat di dalamnya, selain keterlibatan langsung para pelaku di dunia pendidikan itu sendiri. Tanpa memilah memilih dari mana asal sekolahnya, swasta atawa negeri, diakui atawa tidak diakui. Yang penting bagaimana pendidikan di Indramayu tidak tertinggal dari daerah-daerah lainnya, serta memiliki kualitas pendidikan yang jauh lebih baik dengan komitmen mecerdaskan masyarakatnya.
Upaya menciptakan kualitas belajar siswa dengan meningkatkan mutu pendidikannya itu ternyata bisa dibuktikan SMP Al-Ishlah Boarding School, Sliyeg-Indramayu. Sebuah sekolah swasta berbasis pesantren yang baru-baru ini membawa salah seorang siswinya (baca santri) berhasil keluar sebagai pemenang 3 besar Olimpiade Sains Nasional 2009 Tingkat Kabupaten untuk Bidang Fisika. Dia adalah Inayah Mauladi, yang kini duduk di kelas VIII.
Inayah, yang saat itu diantar langsung Kepala Sekolahnya menjelang kompetisi selanjutnya di Bandung sedikit bercerita, kalau dia selama ini hanya 5 jam tidur dalam sehari semalam. Selebih waktunya dia gunakan untuk belajar. Ketika ditanya soal cita-cita, putri kedua dari dua saudara pasangan Sa’adudin dan Nurhasanah yang bekerja sebagai penjahit dan jasa penggiling bumbu dapur ini, “kalau Allah mengizinkan saya ingin jadi guru dan mengabdi untuk dunia pendidikan,” ujarnya. (as)
10 SD Disiapkan Jadi Sekolah Unggulan
Dalam rangka meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan dasar di Kabupaten Indramayu, Subdin Dikdas pada Dinas Pendidikan setempat, telah menunjuk 10 SD Negeri yang tersebar di beberapa kecamatan Indramayu untuk di tingkatkan statusnya menjadi SD Unggulan. Seperti SDN Unggulan Indramayu, SDN 1 Kepandean, SDN 1 Cantigi, SDN 1 Srengseng, SDN 1 Karangasem, SDN 2 Jatibarang, SDN 2 Karangampel, SDN Sukaselamet, SDN Cariyu dan SDN Sukahati.
Program ini menurut Kasubdin Dikdas Drs.H.Mas’ud, M.Pd perlu mendapat perhatian serius sebagai upaya meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan dasar di Kabupaten Indramayu, sebab sekolah dasar merupakan Golden Age, dimana kemampuan otak anak untuk menyerap informasi sangat tinggi. Apapun informasi yang diberikan akan berdampak bagi si anak di kemuadian hari. Oleh karena itu keberadaan SD-SD Unggulan ini diharapkan bisa menjadi pembina kualitas bagi SD-SD yang ada di sekitarnya.
Ditegaskan H.Mas’ud bahwa masa Golden Age juga dikenal dengan “masa-masa paling berharga bagi anak, dimana masa tersebut tidak akan bisa terulang lagi dalam hidupnya”. Jadi pada saat itulah peran orang tua sangat dituntut untuk bisa mendidik dan mengoptimalkan kecerdasan anak, baik secara intelektual, emosional dan spriritual, tuturnya. (as/dede.n)
Beri Santunan Pendidikan Kepada Anak Yatim Lulusan SD
Belasan Anak Yatim lulusan SDN Kenanga 1, Kec. Sindang-Indramayu menerima santunan pendidikan dari Jami’ah Tahlil Desa Kenanga Blok Dukuh dalam bentuk uang senilai Rp.800 ribu per anak. Santunan yang diserahkan secara simbolis oleh Ketua Jami’ah, Casdirah disaksikan Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Kuwu Desa Kenanga dan segenap anggota Jami’ah Tahlil pada acara pelepasan dan kenaikan kelas, di halaman SDN Kenanga 1, Kamis (25/6).
Oleh Ketua Santunan Pendidikan Anak Yatim, Karsan dan Bendahara, Yusuf Assegaf, dikatakan bahwa pemberian santunan ini merupakan inisiatif dan kepedulian Jami’ah Tahlil. Yang bertujuan agar mereka (para anak yatim) ini juga bisa mengenyam dan meneruskan pendidikkan seperti anak-anak lainnya.
Sementara Kepala Sekolah SDN Kenanga 1, Maryana, S.pd merasa terharu dengan adanya kepedulian Jami’ah Tahlil khususnya dan masyarakat Blok Dukuh Desa Kenanga umumnya, atas santunan pendidikan yang telah diterima sejumlah siswanya itu. Dan dalam pidatonya dengan suara agak tersendat karena diliputi rasa haru, “saya secara pribadi sangat berterima kasih atas perhatian Jami’ah Tahlil, yang telah membantu anak-anak kami yang nota bene anak-anak yatim yang tentunya juga punya keinginan untuk sekolah seperti anak-anak lainnya,” tuturnya. Selain itu beliau juga berharap agar santunan pendidikan kepada anak yatim ini tidak terhenti sampai di sini, tapi juga berkelanjutan, yang tentunya tidak hanya di SDN Kenanga 1, tapi juga di SD-SD lainnya. (dede.n/as)
Jumat, 22 Mei 2009
Selasa, 19 Mei 2009
Pos Rakyat
Ketika Wartono Masuk Kelas
Kepseknya Ganti Ngangon Kambing
Mungkin inilah komitmen pemerintah kabupaten (Pemkab) untuk mewujudkan program Menteri Pendidikan Nasional tentang Wajar Dikdas 9 tahun. Apa pun dan bagaimana pun keadaan serta kondisi masyarakat dalam menyikapi dunia sekolah, adalah resiko yang harus di hadapi Dinas Pendidikan setempat sebagai paling bertanggung jawab dalam hal ini.
Salah satu kegiatan sekolah yang berjalan untuk menuntaskan Wajar Dikdas tersebut, adalah kelas layanan khusus (KLK), bertempat di SDN Pareangirang III, Desa Pareangirang Kecamatan Kandanghaur – Indramayu, yang jumlah siswanya 25 orang dengan variasi usia antara 12 – 14 tahun. Terdiri dari Kelas Rangkap A (Kelas I dan II, 3 orang), Kelas Rangkap B (Kelas III dan IV, 9 orang), Kelas Rangkap C (Kelas Vdan VI, 13).
Wartono (14) salah seorang siswa drop out yang berhasil digiring ke KLK mengaku sangat senang ketika dirinya diminta kembali masuk sekolah. Awalnya siswa yang sekarang duduk di kelas VI ini menolak alasannya karena dia sibuk oleh kegiatan barunya, yakni ngangon wedhus (menggembala kambing) milik orang lain.
Tapi setelah ada komitmen antara seluruh guru termasuk kepala sekolah yang mengaku siap menjaga atau menggembalakan kambing-kambing Wartono selama dia mengikuti kegiatan belajar. Wartono pun menerima dan kembali duduk sebagai siswa yang selama ini dia rindukan.
Apa yang dirindukan Wartono dan apa yang diupayakan kepala sekolah SDN Pareangirang ternyata tidaklah sia-sia. Sebab setelah mengikuti kegiatan ujian sekolah berstandar nasional (USBN), Wartono mampu membuktikan kecerdasannya dengan nilai di atas rata-rata. Sesekali Wartono mendekati salah seorang guru ketika didatangi Pos Rakyat (PR), guru tersebut adalah Gozali yang selama ini membujuk dan menggiringnya ke sekolah.
Sementara Kasi Kurikulum Dikdas Dinas Pendidikan Indramayu, Drs.Masdik, MM pada kunjungan kerjanya saat itu mengaku bangga bercampur haru. “Karena dengan pendidikan kita akan keluar dari ketertinggalan, dan dengan pendidikan juga kita akan mampu menyikapi hidup ini dengan lebih baik lagi. Jadi selain karena tugas dan kewajiban saya juga punya tanggungjawab moral terhadap masyarakat dan pemerintah,” ujarnya.
Kepsek SDN Pareangirang, Pairah. A.MA.Pd yang selama ini sering dapat aplus ngangon kambing, mengaku bangga terhadap Wartono. “Sebenarnya dia anak yang cerdas, hanya saja karena factor ekonomi, dia memilih berhenti sekolah dan membantu meringankan ekonomi keluarga. Selain rasa tanggung jawab yang dia perlihatkan kepada kami sebelum menerima tawaran untuk ikut KLK,” jelasnya.
Pairah juga berharap pada pemerintah agar memperhatikan kebutuhan transportasi siswa yang nota bene jarak tempuhnya lumayan jauh untuk sampai ke sekolah. Sebab selama ini tidak hanya persoalan biaya transportasi, tapi juga biaya-biaya tak terduga lainnya harus mereka keluarkan dari kocek sendiri dermi kelangsungan KLK. (as)
SDN Gabuskulon Sekolah Selalu Numpang
Sistem Standardisasi Nasional di sini bisa saja berubah makna jadi sekolah selalu numpang, ketika pasilitas gedung, kelengkapan fasilitas belajar dan ruang tempat proses belajar mengajarnya masih belum sesuai dengan Sistem Standardisasi Nasional yang sandangnya.
Seperti SDN Gabuskulon, kecamatan Gabuswetan-Indramayu yang berdiri pada pertengahan 1977 di atas lahan 1.680 meter persegi itu. Sampai hari ini baru beberapa kali saja direhab, namun sekarang kondisi bangunannya kembali parah, ketika menyandang status SSN. Dan naifnya lagi, ketika proses belajar mengajar berlangsung sebagian siswa ada yang diungsikan di rumah Dinas Guru yang super sempit itu. Tapi untungnya para murid mengaku masih senang, karena mereka sudah terbiasa dengan kondisi yang seperti ini.
Namun yang lebih fatal adalah ruang kelas yang kondisi balkonnya rapuh, di situ juga para siswa tetap mengikuti proses belajar dengan tanpa ada prasangka, apalagi rasa takut. Padahal keselamatan mereka terancam jika sewaktu-waktu sebagian balkonnya runtuh,
Sementara kepala sekolahnya Sirpan, S.Pd yang telah melaporkan hal tersebut ke Kapala Dinas Pendidikan Indramayu, mengaku baru mendapat jawaban. Namun realisasi perehabannya masih harus menunggu.
Selain dilakukan perehaban bangunan, Sirpan juga berharap adanya penambahan ruang kelas baru. “Sebab kami baru punya enam (6) ruang kelas dengan delapan (8) rombongan belajar. Jadi selama ini kami terpaksa memanfaatkan Rumah Dinas Guru (RDG) karena ada kondisi fisik bangunan yang kian merapuh,” paparnya.
Sebagai sekolah dengan Sistem Standardisasi Nasional, SDN Gabuskulon sebelumnya sudah dikenal sebagai sekolah yang memiliki segudang prestasi. Baik prestasi akademik mau pun non akademik. Dengan Visi mempersiapkan siswa berprestasi dalam mengembangkan kepribadian berbudi luhur, mandiri serta dapat menguasai Imtaq dan Iptek. (as/Dede.N)
Puisi Aryo a.k.a. Aa Cl
MAAF
Akhir cinta menyedihkan
tak satu pun kata bisa kuungkap
Sebenarnya ku tak mau kau pergi
tapi hati ini terlanjur perih
Maafkan aku
maafkan segala khilafku
mungkin ini takdir
Kau tau kini aku menanggung sesal
yang kian memberat
SMAN 1 Krangkeng-Indramayu
Puisi Sherina Syahril
ANDAI KAMU
Andai kamu….
batu kan ku belah
dalam emosi
Andai kamu….
lautan kan ku bakar
dalam dendam
Andai kamu….
bumi kan ku bungkus
dalam peluk
Kupijak semua yang ada
dimata jika itu benar
bayangmu…
SMK NU Kaplongan-Indramayu
Kelas X TKJ
Tinjauan Puisi:
Cinta dan Emotivisme Dalam Puisi
Siapa pun orangnya pasti akan menghadapi persoalan sepanjang nafas masih menyatu di tubuhnya, dan siapa pun orangnya pasti punya cara untuk keluar dari persoalan itu sepanjang dia mau berusaha untuk melepasnya. Kalau pun kemudian persoalan tadi lepas dan membuatnya lega, tentu akan datang persoalan lain dengan kadar yang berbeda.
Tapi setiap orang juga punya cara untuk melepas atau menghindar dari persoalan, dan itu bisa dilihat dari tindakan berfikir dan kontrol emosinya. Seperti dua sahabat kita, Aryo (dari SMAN 1 Krangkeng-Indramayu) dan Sherina Syahril (dari SMK NU Kaplongan-Indramayu), keduanya memilih cara yang lebih pada tindakan emotivisme (teori dalam etika yang beranggapan bahwa arti pernyataan moral itu hanya mengungkapkan emosi atau perasaan). Dan letupan-letupan emosi mereka tidak sampai merugikan orang lain, justru sebaliknya mereka bisa memanfaatkan persoalan tersebut menjadi bahan renungan. Selain sebagai pelajaran juga sebagai karya yang memiliki makna lebih dalam tentang kehidupan. Sebagaimana ungkapan Aryo pada puisinya MAAF, di mana pada puisi ini dia lebih leluasa mengungkapkan penyesalannya. Penyesalan ketika dia harus mengambil keputusan sendiri untuk meninggalkan orang yang dia cintai, sementara disisi lain dia telah merasa disakiti.
Akhir cinta menyedihkan
tak satu pun kata bisa kuungkap
Sebenarnya ku tak mau kau pergi
tapi hati ini terlanjur perih
Namun sepuas-puasnya Aryo mengambil keputusan meninggalkan kekasihnya, sesakit-sakitnya pula dia ketika harus kehilangan orang yang masih dia cintai. Bahkan kemudian keputusan itu menjadi penyesalan dalam dirinya.
Kau tau kini aku menanggung sesal
yang kian memberat
Lain halnya dengan Sherina Syahril pada puisinya ANDAI KAMU, Sherina memiliki wawasan yang lumayan dalam mengolah persoalan yang ada dalam dirinya. Sehingga puisi yang dihasilkan pun terasa lebih hidup, itu terlihat pada pilihan diksi (kata) kata yang menjadi pilihannya.
Padahal persoalannya mungkin tidak jauh beda dengan persoalan yang dihadapi Aryo, hanya saja teknik mengemas persoalan menjadi sebuah karya ini yang membedakannya. Sebab Sherina di sini berupaya menyelami hidup atas persoalan yang pernah dia hadapi dengan
Andai kamu….
lautan
dalam dendam
Meski sebenarnya dendam itu dilarang dalam agama, tapi untuk menghindari persoalan ini Sherina berupaya meluapkannya dalam bentuk kreatifitas, yakni puisi. Dan kita semua tau betapa dahsyat rasa sakit yang pernah dialami Sherina dari seseorang yang pernah melukai hatinya. Sehingga dia begitu dendam, namun rasa dendam itu berubah jadi sesuatu yang bernilai estetik (indah) dari luapan emotivisme Sherina.
Pernyataan emotivisme ini digunakan untuk mempengaruhi prilaku, pengekspresian emosi dan sikap seseorang. Tokoh aliran emotivisme ini adalah Sir Alfred Jules, salah seorang filsuf Inggris yang hidup di abad 19, lalu aliran ini dikembangkan oleh C.L. Stevenson sebagai aliran yang mengekspresikan pernyataan-pernyataan moral dari ungkapan perasaan serta sikap orang yang mengeekspresikannya.
Andai kamu….
batu
dalam emosi
Atau Kupijak semua yang ada/dimata jika itu benar/bayangmu…Pernyataan ini tentulah sangat mengerikan jika saja diekspresikan dalam bentuk fisik, atau realita sesungguhnya. Tapi karena ada dorongan estetik yang mendominasi kerangka emosionalnya, sehingga semuanya bisa berubah dalam wujud lain. (Acep.S)