Resah
Ditemaram bintang
jalanan sibuk
‘tuk mendengar resahku
Adakah angin yang sudi
mengantar kisahku
Kelas XII IPA
SMAN Unggulan Jatibarang
Pemilu
Satu yang ditunggu
tuk mencapai Negara maju
tuk berikan kepercayaan baru
tuk pilih pemimpin yang mampu
Pemilu
jutaan makna
untuk wajah Indonesiaku
Kls XII IPA 1
SMAN 1 Sindang-Indramayu
Rahasia Dua Gelisah Yang Berbeda
oleh: acep syahril
Sepertinya sulit bagi setiap orang untuk memulai pekerjaan yang belum dia kenali betul jenis pekerjaannya, seperti seorang yang baru mengenal dunia montir atau tukang servis radio dan tv. Jangankan untuk memperbaiki kerusakan dua benda tersebut, melihat seluruh perangkat eletronik yang menempel saling taut bertaut dengan kabel serta komponennya yang serba kecil itu saja, akan membuat seseorang tadi pusing. Tapi ketika montir yang ahlinya turun memperbaiki salah satu kerusakan dari kedua benda itu, barulah seseorang tadi manggut-manggut.
Keesokan harinya seseorang tadi kembali memperhatikan si montir memperbaiki kerusakan tv konsumen yang baru. Sambil memegang buku panduan, mencatat setiap komponen yang rusak atau yang perlu diganti, kadang dia ikut terlibat mencari tau penyebab rusaknya tv tersebut. Dan hal ini dia lakukan terus menerus hingga kemudian dia sendiri berani untuk mengambil alih kerja si montir tadi memperbaiki radio konsumen.
Hal ini tidak jauh beda dengan dunia tulis menulis. Seseorang baru akan terasa terkagum-kagum ketika membaca hasil tulisan temannya yang sudah dimuat di surat kabar, tapi dia sendiri ketika berupaya tampil seperti temannya selalu saja menemui kesulitan.
Dan dia tidak tau kalau temannya tadi tidaklah tampil ujug ujug sebagai penulis, tapi telah melalui proses panjang, dengan banyak belajar, banyak bertanya dan banyak membaca, baru kemudian masuk dalam latihan menulis. Jadi profesi menulis bukanlah berdasarkan bakat, tapi lebih pada niat dan keinginan besar, apalagi bagi kamu yang sudah mulai menyukai dunia penulisan, entah itu cerpen atau puisi.
Kali ini Arena menampilkan dua penulis puisi, yakni Eva Istiana, kelas XII IPA SMAN Unggulan Jatibarang-Indramayu dan Ade Tika Rahmawati, kelas XII IPA 1 SMAN 1 Sindang-Indramayu. Eva Istiana dengan puisi berjudul “Resah” sedangkan Ade Tika Rahmawati dengan “Pemilu”.
Keduanya memiliki penampilan dan steel yang berbeda, kalau Eva tampil dengan nuansa pribadi atau dunia dalam dirinya yang penuh gelisah /Adakah angin/yang sudi mengantar kisahku/. Yang dalam hal ini sulit diterka, apa bentuk kegelisahan yang tengah dirasakan Eva? Padahal penggunaan bahasanya sangat konvensional, tapi karena pada struktur puisi ini terdapat unsur imajinasi serta bahasa simbolik yang kuat untuk menyamarkan persoalan penulisnya. Sehingga pembaca dipaksa untuk menjabarkan rahasia puisi tersebut.
Berbeda dengan Ade Tika Rahmawati dalam puisi Pemilu nya, Ade tampil bersama gelisahnya yang lain dengan bahasa konvensional yang sedikit verbal, dipoles citraan yang menarik hingga memiliki makna cukup dalam /Pemilu/jutaan makna/untuk wajah Indonesiaku/.
Sebagai generasi muda, generasi penerus pembangunan dan pemilih pemula di negeri ini, Ade Tika juga punya rasa tanggung jawab moral dan hak untuk ikut menentukan kemana arah bangsa ini berjalan, /tuk berikan kepercayaan baru/ dan /tuk pilih pemimpin yang mampu/.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar