Ketika Wartono Masuk Kelas
Kepseknya Ganti Ngangon Kambing
Mungkin inilah komitmen pemerintah kabupaten (Pemkab) untuk mewujudkan program Menteri Pendidikan Nasional tentang Wajar Dikdas 9 tahun. Apa pun dan bagaimana pun keadaan serta kondisi masyarakat dalam menyikapi dunia sekolah, adalah resiko yang harus di hadapi Dinas Pendidikan setempat sebagai paling bertanggung jawab dalam hal ini.
Salah satu kegiatan sekolah yang berjalan untuk menuntaskan Wajar Dikdas tersebut, adalah kelas layanan khusus (KLK), bertempat di SDN Pareangirang III, Desa Pareangirang Kecamatan Kandanghaur – Indramayu, yang jumlah siswanya 25 orang dengan variasi usia antara 12 – 14 tahun. Terdiri dari Kelas Rangkap A (Kelas I dan II, 3 orang), Kelas Rangkap B (Kelas III dan IV, 9 orang), Kelas Rangkap C (Kelas Vdan VI, 13).
Wartono (14) salah seorang siswa drop out yang berhasil digiring ke KLK mengaku sangat senang ketika dirinya diminta kembali masuk sekolah. Awalnya siswa yang sekarang duduk di kelas VI ini menolak alasannya karena dia sibuk oleh kegiatan barunya, yakni ngangon wedhus (menggembala kambing) milik orang lain.
Tapi setelah ada komitmen antara seluruh guru termasuk kepala sekolah yang mengaku siap menjaga atau menggembalakan kambing-kambing Wartono selama dia mengikuti kegiatan belajar. Wartono pun menerima dan kembali duduk sebagai siswa yang selama ini dia rindukan.
Apa yang dirindukan Wartono dan apa yang diupayakan kepala sekolah SDN Pareangirang ternyata tidaklah sia-sia. Sebab setelah mengikuti kegiatan ujian sekolah berstandar nasional (USBN), Wartono mampu membuktikan kecerdasannya dengan nilai di atas rata-rata. Sesekali Wartono mendekati salah seorang guru ketika didatangi Pos Rakyat (PR), guru tersebut adalah Gozali yang selama ini membujuk dan menggiringnya ke sekolah.
Sementara Kasi Kurikulum Dikdas Dinas Pendidikan Indramayu, Drs.Masdik, MM pada kunjungan kerjanya saat itu mengaku bangga bercampur haru. “Karena dengan pendidikan kita akan keluar dari ketertinggalan, dan dengan pendidikan juga kita akan mampu menyikapi hidup ini dengan lebih baik lagi. Jadi selain karena tugas dan kewajiban saya juga punya tanggungjawab moral terhadap masyarakat dan pemerintah,” ujarnya.
Kepsek SDN Pareangirang, Pairah. A.MA.Pd yang selama ini sering dapat aplus ngangon kambing, mengaku bangga terhadap Wartono. “Sebenarnya dia anak yang cerdas, hanya saja karena factor ekonomi, dia memilih berhenti sekolah dan membantu meringankan ekonomi keluarga. Selain rasa tanggung jawab yang dia perlihatkan kepada kami sebelum menerima tawaran untuk ikut KLK,” jelasnya.
Pairah juga berharap pada pemerintah agar memperhatikan kebutuhan transportasi siswa yang nota bene jarak tempuhnya lumayan jauh untuk sampai ke sekolah. Sebab selama ini tidak hanya persoalan biaya transportasi, tapi juga biaya-biaya tak terduga lainnya harus mereka keluarkan dari kocek sendiri dermi kelangsungan KLK. (as)
SDN Gabuskulon Sekolah Selalu Numpang
Sistem Standardisasi Nasional di sini bisa saja berubah makna jadi sekolah selalu numpang, ketika pasilitas gedung, kelengkapan fasilitas belajar dan ruang tempat proses belajar mengajarnya masih belum sesuai dengan Sistem Standardisasi Nasional yang sandangnya.
Seperti SDN Gabuskulon, kecamatan Gabuswetan-Indramayu yang berdiri pada pertengahan 1977 di atas lahan 1.680 meter persegi itu. Sampai hari ini baru beberapa kali saja direhab, namun sekarang kondisi bangunannya kembali parah, ketika menyandang status SSN. Dan naifnya lagi, ketika proses belajar mengajar berlangsung sebagian siswa ada yang diungsikan di rumah Dinas Guru yang super sempit itu. Tapi untungnya para murid mengaku masih senang, karena mereka sudah terbiasa dengan kondisi yang seperti ini.
Namun yang lebih fatal adalah ruang kelas yang kondisi balkonnya rapuh, di situ juga para siswa tetap mengikuti proses belajar dengan tanpa ada prasangka, apalagi rasa takut. Padahal keselamatan mereka terancam jika sewaktu-waktu sebagian balkonnya runtuh,
Sementara kepala sekolahnya Sirpan, S.Pd yang telah melaporkan hal tersebut ke Kapala Dinas Pendidikan Indramayu, mengaku baru mendapat jawaban. Namun realisasi perehabannya masih harus menunggu.
Selain dilakukan perehaban bangunan, Sirpan juga berharap adanya penambahan ruang kelas baru. “Sebab kami baru punya enam (6) ruang kelas dengan delapan (8) rombongan belajar. Jadi selama ini kami terpaksa memanfaatkan Rumah Dinas Guru (RDG) karena ada kondisi fisik bangunan yang kian merapuh,” paparnya.
Sebagai sekolah dengan Sistem Standardisasi Nasional, SDN Gabuskulon sebelumnya sudah dikenal sebagai sekolah yang memiliki segudang prestasi. Baik prestasi akademik mau pun non akademik. Dengan Visi mempersiapkan siswa berprestasi dalam mengembangkan kepribadian berbudi luhur, mandiri serta dapat menguasai Imtaq dan Iptek. (as/Dede.N)
Puisi Aryo a.k.a. Aa Cl
MAAF
Akhir cinta menyedihkan
tak satu pun kata bisa kuungkap
Sebenarnya ku tak mau kau pergi
tapi hati ini terlanjur perih
Maafkan aku
maafkan segala khilafku
mungkin ini takdir
Kau tau kini aku menanggung sesal
yang kian memberat
SMAN 1 Krangkeng-Indramayu
Puisi Sherina Syahril
ANDAI KAMU
Andai kamu….
batu kan ku belah
dalam emosi
Andai kamu….
lautan kan ku bakar
dalam dendam
Andai kamu….
bumi kan ku bungkus
dalam peluk
Kupijak semua yang ada
dimata jika itu benar
bayangmu…
SMK NU Kaplongan-Indramayu
Kelas X TKJ
Tinjauan Puisi:
Cinta dan Emotivisme Dalam Puisi
Siapa pun orangnya pasti akan menghadapi persoalan sepanjang nafas masih menyatu di tubuhnya, dan siapa pun orangnya pasti punya cara untuk keluar dari persoalan itu sepanjang dia mau berusaha untuk melepasnya. Kalau pun kemudian persoalan tadi lepas dan membuatnya lega, tentu akan datang persoalan lain dengan kadar yang berbeda.
Tapi setiap orang juga punya cara untuk melepas atau menghindar dari persoalan, dan itu bisa dilihat dari tindakan berfikir dan kontrol emosinya. Seperti dua sahabat kita, Aryo (dari SMAN 1 Krangkeng-Indramayu) dan Sherina Syahril (dari SMK NU Kaplongan-Indramayu), keduanya memilih cara yang lebih pada tindakan emotivisme (teori dalam etika yang beranggapan bahwa arti pernyataan moral itu hanya mengungkapkan emosi atau perasaan). Dan letupan-letupan emosi mereka tidak sampai merugikan orang lain, justru sebaliknya mereka bisa memanfaatkan persoalan tersebut menjadi bahan renungan. Selain sebagai pelajaran juga sebagai karya yang memiliki makna lebih dalam tentang kehidupan. Sebagaimana ungkapan Aryo pada puisinya MAAF, di mana pada puisi ini dia lebih leluasa mengungkapkan penyesalannya. Penyesalan ketika dia harus mengambil keputusan sendiri untuk meninggalkan orang yang dia cintai, sementara disisi lain dia telah merasa disakiti.
Akhir cinta menyedihkan
tak satu pun kata bisa kuungkap
Sebenarnya ku tak mau kau pergi
tapi hati ini terlanjur perih
Namun sepuas-puasnya Aryo mengambil keputusan meninggalkan kekasihnya, sesakit-sakitnya pula dia ketika harus kehilangan orang yang masih dia cintai. Bahkan kemudian keputusan itu menjadi penyesalan dalam dirinya.
Kau tau kini aku menanggung sesal
yang kian memberat
Lain halnya dengan Sherina Syahril pada puisinya ANDAI KAMU, Sherina memiliki wawasan yang lumayan dalam mengolah persoalan yang ada dalam dirinya. Sehingga puisi yang dihasilkan pun terasa lebih hidup, itu terlihat pada pilihan diksi (kata) kata yang menjadi pilihannya.
Padahal persoalannya mungkin tidak jauh beda dengan persoalan yang dihadapi Aryo, hanya saja teknik mengemas persoalan menjadi sebuah karya ini yang membedakannya. Sebab Sherina di sini berupaya menyelami hidup atas persoalan yang pernah dia hadapi dengan
Andai kamu….
lautan
dalam dendam
Meski sebenarnya dendam itu dilarang dalam agama, tapi untuk menghindari persoalan ini Sherina berupaya meluapkannya dalam bentuk kreatifitas, yakni puisi. Dan kita semua tau betapa dahsyat rasa sakit yang pernah dialami Sherina dari seseorang yang pernah melukai hatinya. Sehingga dia begitu dendam, namun rasa dendam itu berubah jadi sesuatu yang bernilai estetik (indah) dari luapan emotivisme Sherina.
Pernyataan emotivisme ini digunakan untuk mempengaruhi prilaku, pengekspresian emosi dan sikap seseorang. Tokoh aliran emotivisme ini adalah Sir Alfred Jules, salah seorang filsuf Inggris yang hidup di abad 19, lalu aliran ini dikembangkan oleh C.L. Stevenson sebagai aliran yang mengekspresikan pernyataan-pernyataan moral dari ungkapan perasaan serta sikap orang yang mengeekspresikannya.
Andai kamu….
batu
dalam emosi
Atau Kupijak semua yang ada/dimata jika itu benar/bayangmu…Pernyataan ini tentulah sangat mengerikan jika saja diekspresikan dalam bentuk fisik, atau realita sesungguhnya. Tapi karena ada dorongan estetik yang mendominasi kerangka emosionalnya, sehingga semuanya bisa berubah dalam wujud lain. (Acep.S)
Selasa, 19 Mei 2009
Pos Rakyat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar