Kamis, 02 Juli 2009

SMA Linggajati Go Publik

Kedatangan Pos Rakyat ke sekolah kami adalah sesuatu yang diluar dugaan sebenarnya, sebab terus terang dengan keberadaan Pos Rakyat kami bisa membagi pengalaman dan informasi, baik kepada seluruh kawan Journalis Junior di sekolah-sekolah lain, dan paling khusus kepada Bapak Bupati Pemerintah Kabupaten Indramayu untuk bisa melihat kami masih tegar belajar saat ini. Aku (Uun Unayah) dan kelima temanku, Abdul Kodir, Miftahuddin, Carto, Rasidi dan Ulvatul Hasanah.adalah siswa/i yang saat ini duduk dikelas 2 SMA Linggajati. Sekolah yang baru Berdidiri 3 tahun lalu, persisnya di Jalan. Raya Linggajati No. 218 Desa Linggjati, Kec. Arahan, Kab. Indramayu. Meski terbilang baru tapi gaungnya gak kalah menarik bo dengan sekolah-sekolah lanjutan atas lainnya, meski siswanya masih bisa dihitung dengan jari tapi yang namanya semangat untuk keluar dari ketertinggalan, jangan dibilang! Dan meskipun kegiatan belajar kita masih numpang di SDN 1 Linggajati, tapi hal ini tidak menyurutkan semangat kami untuk belajar, apalagi sebagian dari kami tergolong anak-anak yang kurang mampu dalam hal ekonomi. Namun ingat kita bukan sedang menjual kemiskinan Loh, kita jujur! Sebagai kaum marjinal kita gak mau dalam hal pendidikkan dimarjinalkan, sebab sebagai bangsa Indonesia kita punya hak yang sama untuk mengenyam dunia pendidikkan, dicerdaskan atau mencerdaskan. 

Kamu-kamu bisa bayangkan, betapa ketika hati kami mulai risau oleh kondisi ekonomi jarak dan waktu, sementara keinginan bersekolah baru sebatas impian, seperti harus melompati tembok tebal yang tinggi. Hal ini nyaris membuat kami putus asa, serta ada keinginan ‘tuk menenggelamkan seluruh bakat dan cita-cita, bahkan terbesit niatan mengubur segala impian dan harapan kami yang ada. Tapi di sela-sela harapan dan keputusasaan itu Tuhan seolah mengabulkan do’a kami, kehadiran SMA Linggajati seperti air yang membasahi dahaga kami.
  Kepala Sekolah, pak Lutfi Efendi, S.pd dengan segenap Guru yang mengajar di SMA ini selalu memberi dorongan, agar kami tidak lemah dan giat belajar. Hal ini sangat membantu memulihkan semangat kami yang selama beberapa waktu sempat down. Dan dari sekolah ini juga kemudian kami mendapat banyak pelajaran berharga, bahwa materi bukanlah suatu penghambat bagi seseorang untuk maju. Meski orang tua kami cuma petani, pedagang, nelayan, buruh atau dengan banyak pekerjaan yang sifatnya serabutan, tapi semua itu bukanlah penghalang bagi kami untuk terus sekolah. 
Persoalan ekonomi dan status sosial yang awalnya membuat kami pesimis untuk bersekolah telah kami lalui, namun sekarang datang lagi cobaan baru, yakni sindiran dan cibiran soal status sekolah kami dianggap belum jelas selain keberadaannya masih numpang belajar di SDN 1 Linggajati. Di sekolah ini kami harus setia menunggu siswa SD yang masuk pagi bubar, setelah itu baru gantian kami yang menempati. Dengan kondisi belajar seperti ini (masuk siang), kadang membuat kami sedikit tidak nyaman, sebab saat matahari diatas kepala dan menyilaukan mata, dan saat teman-teman sekolah lainnya sedang istirahat kami harus berangkat kesekolah berpayung matahari dan bermandikan keringat. Setelah mengayuh sepeda dengan jarak tempuh kuranglebih 10 km, yakni jarak terjauh dari seluruh siswa yang belajar di sini. 
Artinya jelas, di saat kemarau kami harus menerima dua kali lipat rasa panas sengatan matahari, sedangkan saat musim hujan tiba kami kehujanan. Namun demikian baik mengenai status sekolah serta dua musim yang fenomenal itu tidaklah menjadi halangan atau melunturkan semangat kami untuk menuntut ilmu. Selain status sekolah yang sering jadi bahan cemoohan, serta dua musim yang kini telah membuat kami kuat, kini kami harus sabar menunggu entah sampai kapan terlengkapinya fasilitas belajar di sekolah kami. 
Saat ini kami hanya bisa meyakinkan, menyenangkan dan membesarkan hati Kepala Sekolah serta para Guru, bahwa kami telah menerima kenyataan ini dan siap belajar untuk membuktikan kepada sekolah-sekolah lain, kalau Kami Juga Bisa. Serta berdo’a semoga Bapak Lutfi Efendi selalu diberi jalan keluar untuk menghantarkan sekolah ini menjadi lebih baik. 
”Jadi kepada seluruh kawan-kawan Journalis Junior dan kawan-kawan pembaca Arena yang setia doakan kami ya. Yakinkan juga mereka yang merasa senasib dengan kami, agar tetap semangat dan terus maju ya!” 

Sekolah, Kerja atau Menikah?
Kami dari seluruh siswa yang belajar di SMA Linggajati berasal dari dua kecamatan, yakni kecamatan Arahan dan kecamatan Cantigi. Sejak dulu budaya berfikir para orang tua kami kalau kami sudah selesai SD atapalagi SMP, tidak ada pilihan lain kecuali bekerja ke luar negeri atau menikah. Pasalnya selain tidak ada sekolah lanjutan atas, orang tua kami juga berasal dari keluarga ekonomi lemah, jadi kedua persoalan ini sangatlah tepat untuk menjadi alas an mereka. Sedangkan orang tua yang mau menyekolahkan anaknya bisa dihitung dengan jari. 
Atas keprihatinan ini akhirnya 3 (tiga) tokoh pemuda yang dipercaya masyarakat sekitar, yaitu Pak Rastaman, Pak Lutfi Effendi dan Pak Benarto bersepakat mendirikan sebuah lembaga pendidikkan SMA, tepatnya Juli 2005. Dengan anggaran seadanya serta mendepankan kualitas bangunan yang tak kalah menarik dengan sekolah-sekolah lain, maka SMA Linggajati pun berdiri. Hingga 18 Juli 2006 status SMA Linggajati pun di akui. Pada smester pertama aktivitas SMA ini baru dihuni 5 siswa, di hari-hari berikutnya para orang tua atau langsung calon siswanya sendiri datang mendaftar, hingga berjumlah 52 siswa. 
Pada saat kami dalam konsesntrasi belajar tiba-tiba terdengar kabar, kalau nama SMA Linggajati sempat diprotes dan menuai konflik dari Dinas Pendidikan Indramayu. Pasalnya nama SMA Linggajati berhubungan dengan nama suatu tempat atau daerah bersangkutan. Sementara dalam aturan bahwa sekolah swasta tidak diperbolehkan menggunakan nama tempat atau daerah. 
Tapi setelah melalui jalan dialog serta penjelasan yang argumentative, dijelaskan bahwa nama LINGGAJATI bukan nama daerah atau tempat melainkan nama pahlawan. Akhirnya Dinas Pendidikan Indramayu pun menyetujui nama tersebut. Dan sekarang siswanya bertambah jadi 75 orang yang terbagi dalam tiga kelas, yakni kelas X 18 siswa, Kelas XI 27 siswa dan Kelas XII 30 siswa. Rencana Kepala Sekolah bulan oktober mandatang akan dibuat 3 ruang kelas baru, untuk menampung jumlah siswa yang diprediksi akan terus bertambah. (Uun Unayah, Abdul Kodir, Miftahuddin, Carto, Rasidi dan Ulvatul Hasanah) (as)

1 komentar:

  1. saya sangat bangga dengan berdirinya sekolah menengah atas di desa linggajati karena menambah dunia pendidikan yang sangat setrategis sekali dan untuk orang - orang yang kurang mampu.lanjutkan dan teruskan cita - cita para pahlawan tanpa jasa.bay Aminhalim98@yahoo.com Cidempet

    BalasHapus