Kamis, 02 Juli 2009

Pos Rakyat No.07 /Th.1/1 - 15 Juli 2009

Journalis Junior: SMA Linggajati, Arahan - Indramayu

Hallo temen-temen Arena SD, MI, SMP, M.Ts, SMA, MAN dan SMK, untuk tampilan perdana rubrik Arena ini, kami dari Tim Pengasuh menjatuhkan undangan ke SMAN 1 Krangkeng-Indramayu sebagai Tamu istimewa tentunya untuk menyuguhkan kegiatan eskul, dengan laporan perjalanan study wisata. Mereka adalah: Uun Unayah, Abdul Kodir, Miftahuddin, Carto, Rasidi dan Ulvatul Hasanah. Dan untuk terbitan selanjutnya siapa yang bakal jadi Redaksi Tamu kita ya, dan dari sekolah mana? Makanya sekarang kamu harus terus latihan menulis dengan memperbanyak membaca. Oke!

SMA Linggajati Go Publik

Kedatangan Pos Rakyat ke sekolah kami adalah sesuatu yang diluar dugaan sebenarnya, sebab terus terang dengan keberadaan Pos Rakyat kami bisa membagi pengalaman dan informasi, baik kepada seluruh kawan Journalis Junior di sekolah-sekolah lain, dan paling khusus kepada Bapak Bupati Pemerintah Kabupaten Indramayu untuk bisa melihat kami masih tegar belajar saat ini. Aku (Uun Unayah) dan kelima temanku, Abdul Kodir, Miftahuddin, Carto, Rasidi dan Ulvatul Hasanah.adalah siswa/i yang saat ini duduk dikelas 2 SMA Linggajati. Sekolah yang baru Berdidiri 3 tahun lalu, persisnya di Jalan. Raya Linggajati No. 218 Desa Linggjati, Kec. Arahan, Kab. Indramayu. Meski terbilang baru tapi gaungnya gak kalah menarik bo dengan sekolah-sekolah lanjutan atas lainnya, meski siswanya masih bisa dihitung dengan jari tapi yang namanya semangat untuk keluar dari ketertinggalan, jangan dibilang! Dan meskipun kegiatan belajar kita masih numpang di SDN 1 Linggajati, tapi hal ini tidak menyurutkan semangat kami untuk belajar, apalagi sebagian dari kami tergolong anak-anak yang kurang mampu dalam hal ekonomi. Namun ingat kita bukan sedang menjual kemiskinan Loh, kita jujur! Sebagai kaum marjinal kita gak mau dalam hal pendidikkan dimarjinalkan, sebab sebagai bangsa Indonesia kita punya hak yang sama untuk mengenyam dunia pendidikkan, dicerdaskan atau mencerdaskan. 

Kamu-kamu bisa bayangkan, betapa ketika hati kami mulai risau oleh kondisi ekonomi jarak dan waktu, sementara keinginan bersekolah baru sebatas impian, seperti harus melompati tembok tebal yang tinggi. Hal ini nyaris membuat kami putus asa, serta ada keinginan ‘tuk menenggelamkan seluruh bakat dan cita-cita, bahkan terbesit niatan mengubur segala impian dan harapan kami yang ada. Tapi di sela-sela harapan dan keputusasaan itu Tuhan seolah mengabulkan do’a kami, kehadiran SMA Linggajati seperti air yang membasahi dahaga kami.
  Kepala Sekolah, pak Lutfi Efendi, S.pd dengan segenap Guru yang mengajar di SMA ini selalu memberi dorongan, agar kami tidak lemah dan giat belajar. Hal ini sangat membantu memulihkan semangat kami yang selama beberapa waktu sempat down. Dan dari sekolah ini juga kemudian kami mendapat banyak pelajaran berharga, bahwa materi bukanlah suatu penghambat bagi seseorang untuk maju. Meski orang tua kami cuma petani, pedagang, nelayan, buruh atau dengan banyak pekerjaan yang sifatnya serabutan, tapi semua itu bukanlah penghalang bagi kami untuk terus sekolah. 
Persoalan ekonomi dan status sosial yang awalnya membuat kami pesimis untuk bersekolah telah kami lalui, namun sekarang datang lagi cobaan baru, yakni sindiran dan cibiran soal status sekolah kami dianggap belum jelas selain keberadaannya masih numpang belajar di SDN 1 Linggajati. Di sekolah ini kami harus setia menunggu siswa SD yang masuk pagi bubar, setelah itu baru gantian kami yang menempati. Dengan kondisi belajar seperti ini (masuk siang), kadang membuat kami sedikit tidak nyaman, sebab saat matahari diatas kepala dan menyilaukan mata, dan saat teman-teman sekolah lainnya sedang istirahat kami harus berangkat kesekolah berpayung matahari dan bermandikan keringat. Setelah mengayuh sepeda dengan jarak tempuh kuranglebih 10 km, yakni jarak terjauh dari seluruh siswa yang belajar di sini. 
Artinya jelas, di saat kemarau kami harus menerima dua kali lipat rasa panas sengatan matahari, sedangkan saat musim hujan tiba kami kehujanan. Namun demikian baik mengenai status sekolah serta dua musim yang fenomenal itu tidaklah menjadi halangan atau melunturkan semangat kami untuk menuntut ilmu. Selain status sekolah yang sering jadi bahan cemoohan, serta dua musim yang kini telah membuat kami kuat, kini kami harus sabar menunggu entah sampai kapan terlengkapinya fasilitas belajar di sekolah kami. 
Saat ini kami hanya bisa meyakinkan, menyenangkan dan membesarkan hati Kepala Sekolah serta para Guru, bahwa kami telah menerima kenyataan ini dan siap belajar untuk membuktikan kepada sekolah-sekolah lain, kalau Kami Juga Bisa. Serta berdo’a semoga Bapak Lutfi Efendi selalu diberi jalan keluar untuk menghantarkan sekolah ini menjadi lebih baik. 
”Jadi kepada seluruh kawan-kawan Journalis Junior dan kawan-kawan pembaca Arena yang setia doakan kami ya. Yakinkan juga mereka yang merasa senasib dengan kami, agar tetap semangat dan terus maju ya!” 

Sekolah, Kerja atau Menikah?
Kami dari seluruh siswa yang belajar di SMA Linggajati berasal dari dua kecamatan, yakni kecamatan Arahan dan kecamatan Cantigi. Sejak dulu budaya berfikir para orang tua kami kalau kami sudah selesai SD atapalagi SMP, tidak ada pilihan lain kecuali bekerja ke luar negeri atau menikah. Pasalnya selain tidak ada sekolah lanjutan atas, orang tua kami juga berasal dari keluarga ekonomi lemah, jadi kedua persoalan ini sangatlah tepat untuk menjadi alas an mereka. Sedangkan orang tua yang mau menyekolahkan anaknya bisa dihitung dengan jari. 
Atas keprihatinan ini akhirnya 3 (tiga) tokoh pemuda yang dipercaya masyarakat sekitar, yaitu Pak Rastaman, Pak Lutfi Effendi dan Pak Benarto bersepakat mendirikan sebuah lembaga pendidikkan SMA, tepatnya Juli 2005. Dengan anggaran seadanya serta mendepankan kualitas bangunan yang tak kalah menarik dengan sekolah-sekolah lain, maka SMA Linggajati pun berdiri. Hingga 18 Juli 2006 status SMA Linggajati pun di akui. Pada smester pertama aktivitas SMA ini baru dihuni 5 siswa, di hari-hari berikutnya para orang tua atau langsung calon siswanya sendiri datang mendaftar, hingga berjumlah 52 siswa. 
Pada saat kami dalam konsesntrasi belajar tiba-tiba terdengar kabar, kalau nama SMA Linggajati sempat diprotes dan menuai konflik dari Dinas Pendidikan Indramayu. Pasalnya nama SMA Linggajati berhubungan dengan nama suatu tempat atau daerah bersangkutan. Sementara dalam aturan bahwa sekolah swasta tidak diperbolehkan menggunakan nama tempat atau daerah. 
Tapi setelah melalui jalan dialog serta penjelasan yang argumentative, dijelaskan bahwa nama LINGGAJATI bukan nama daerah atau tempat melainkan nama pahlawan. Akhirnya Dinas Pendidikan Indramayu pun menyetujui nama tersebut. Dan sekarang siswanya bertambah jadi 75 orang yang terbagi dalam tiga kelas, yakni kelas X 18 siswa, Kelas XI 27 siswa dan Kelas XII 30 siswa. Rencana Kepala Sekolah bulan oktober mandatang akan dibuat 3 ruang kelas baru, untuk menampung jumlah siswa yang diprediksi akan terus bertambah. (Uun Unayah, Abdul Kodir, Miftahuddin, Carto, Rasidi dan Ulvatul Hasanah) (as)

Pos Rakyat No.06 Th.1/16 - 30 Juni 2009

Journalis Junior SMKN 2/SMKN Kelautan - Indramayu

Hallo temen-temen Arena SD, MI, SMP, M.Ts, SMA, MAN dan SMK, untuk tampilan perdana rubrik Arena ini, kami dari Tim Pengasuh menjatuhkan undangan ke SMAN 1 Krangkeng-Indramayu sebagai Tamu istimewa tentunya untuk menyuguhkan kegiatan eskul, dengan laporan perjalanan study wisata. Mereka adalah: Defi, Sa’adah, Sa’diyah, Iis, Ika, Lili, Nur, Ratno, dan Tanto. Dan untuk terbitan selanjutnya siapa yang bakal jadi Redaksi Tamu kita ya, dan dari sekolah mana? Makanya sekarang kamu harus terus latihan menulis dengan memperbanyak membaca. Oke!

Karena Lingkungan Sehat Kami Betah Belajar

Ayo siapa yang ga kenal ma kita taruna taruni SMKN 2 Indramayu yang nyaris tiap hari diejekin law ketemu di jalan, kita yakin semua pasti kenal. Dari Mang Becak, Mang Bakso, Mie Ayam, Mang atawa Akang yang rajin membersihkan jalan-jalan di kota Indramayu, Supir angkot dan kamu anak-anak SD, SMP pa lagi kamu kamu yang SMA sudah jelas tau asal sekolah kita, kalo ngeliat seragam lengkap dengan atribut yang kita kenakan saat berangkat atau waktu pulang sekolah. Tapi tolong doong jangan usilin kita terus, soalnya bukan apa-apa. Terus terang kalo kita sih pede pede aja, tapi ga enakkan kalo tiap ketemu bahasa atau kata-kata yang keluar cuma itu itu aja, maksudnya coba yang kreatif sedikit biar enak didengar gitu loh.
Memang sekolah kita, SMKN 2 atawa SMKN Kelautan tergolong baru dan merupakan satu-satunya sekolah yang ada di kota mangga ini. Tapi walau pun baru sekolah kita sudah menerapkan standar manajemen mutu (SMM) ISO 9001-2000, yang tidak hanya memanej proses belajar kita menjadi lebih baik, tapi juga sebagai control manajemen untuk menciptakan tenaga pengajar, kinerja manajerial dan pimpinannya selaku pengambil kebijakan agar bekerja lebih professional dan handal dalam mempersiapkan manusia-manusia berkualitas dan teruji di negeri ini. Jadi maaf kalo tadi kita minta ma kamu-kamu yang suka usil, tolong usilnya diciptakan lebih kreatif dan membangun supaya kita-kita orang bisa belajar dari kamu, key! 
Soalnya sebagai SMK Damay (SMK Dua Indramayu) kita memang selalu berharap untuk tetap dalam keadaan damay, kreatif inovatif. Sehingga ketiga (3) Jurusan di SMK kita seperti, Nautika Perikanan Laut (NPL), Teknologi Hasil Prikanan (THP) dan Teknik Komputer Jaringan ini bisa lebih termotivasi oleh keusilan keusilan atau isu isu bermutu yang dapat menambah dan memacu konsentrasi belajar kita. 
Dan yang perlu kamu ketahui, meski pun seragam kita seperti seragam aparat penuh atribut namun yang namanya latihan fisik en ketangkasan bekerja kita ga merasa risih kok. Atribut-atribut itu hanya lambang atau simbol yang mencirikan sekolah kita. Kita bangga kok dengan SMKN 2 Indramayu yang mau memberi kesempatan kita untuk sekolah di sini, sebab selain disiplin dan ketat kita juga dituntut untuk selalu peka terhadap lingkungan dan orang lain. Hal ini untuk melatih diri dan mental kita yang senantiasa dibutuhkan di pasar-pasar industri nantinya. Jadi sikap disiplin, rapih, bersih dan peka terhadap lingkungan serta perkembangan budaya di sekitar kita yang diterapkan SMKN Kelautan sangatlah beralasan. 
Kepala sekolah kita Drs. H. Eddy Romdhon yang Master itu tidak bosan-bosannya mengingatkan agar kita lebih menghargai waktu serta kesempatan yang ada saat ini. Seperti juga missi yang harus kita buktikan kelak: Memberikan layanan bagi masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan bidang Perikanan, Kelautan dan Teknologi Informasi Komunikasi yang professional dan mampu bersaing di dunia internasional serta aktif memberikan pelayanan dan konsultasi kepada usaha perikanan termasuk teknologi informasi dan komunikasi di Indramayu. Jadi sekali lagi maaf ya….. kita bukan sekedar tukang ngangkutin keranjang ikan, membersihkan ikan atau nangkapain ikan aja. Tapi lebih dari itu, kita dipersiapkan menjadi manusia-manusia berkualitas, mandiri dan professional yang nantinya dibutuhkan banyak pasar. Gimana…….Kamu mau ikutan belajar juga silahkan datang ke sekolah kita.
Soal prestasi kita kira wajar-wajar saja law kemarin bisa nyabet juara 1 pada lomba Marching Band se kabupaten Indramayu. Sebab itu merupakan salah satu wujud kedisiplinan, kesehatan mental fikiran, kekompakan, kerapihan, kepekaan dalam menangkap kelebihan dan kekurangan orang lain. (Defi, Sa’adah, Sa’diyah, Iis, Ika, Lili, Nur, Ratno, dan Tanto) (as)

Pos Rakyat No.05 Th.1/1-15 Juni 2009

Journalis Junior: SMAN 1 Kandanghaur-Indramayu

Hallo temen-temen Arena SD, MI, SMP, M.Ts, SMA, MAN dan SMK, untuk tampilan perdana rubrik Arena ini, kami dari Tim Pengasuh menjatuhkan undangan ke SMAN 1 Krangkeng-Indramayu sebagai Tamu istimewa tentunya untuk menyuguhkan kegiatan eskul, dengan laporan perjalanan study wisata. Mereka adalah: Caryono, Dwi Anggraeni, Raminih, Ade Ruwanti dan Mery Martaharahap. Dan untuk terbitan selanjutnya siapa yang bakal jadi Redaksi Tamu kita ya, dan dari sekolah mana? Makanya sekarang kamu harus terus latihan menulis dengan memperbanyak membaca. Oke! 

Karena Lingkungan Sehat Kami Betah Belajar

Laporan Dari SMAN 1 Kandanghaur-Indramayu:                                                            

Aku (Caryono) dan empat temenku, Dwi Anggraeni, Raminih, Ade Ruwanti dan Mery Martaharahap adalah siswa siswi yang kini duduk belajar di SMAN 1 Kandanghaur, ketika usia sekolah kami menginjak 30 tahun ini. Meski usianya sudah lebih dari setengah abad tapi penampilan fisiknya tidak kalah menarik dari sekolah-sekolah lain, inilah yang membuat kami bangga dan punya rasa memiliki terhadap keberadaannya yang selalu ingin tampil beda itu.
Posisi sekolah kami persis di pinggir jalan raya pantura dan beberapa kilo meter saja dari pantai pesisir laut Indramayu, dan kamu tau kan bagaimana rasa panas di pantai. Selain jalan raya pantura sebagai jalur transportasi umum yang prekuensi kendaraannya cukup tinggi menghubungkan Jakarta serta kota-kota lainnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang membuat kami gerah dan gelisah. Namun ketika semua itu kami jalani dan kami nikmati dengan berupaya mencari solusi, akhirnya semua itu bisa teratasi.
Kepala sekolah kami Drs. H. Budi Santoso bersama guru guru lainnya tidak pernah bosan menghimbau agar kami selalu memperhatikan lingkungan sekolah, dengan menganjurkan agar lebih peka dan kreatif dalam merespon lingkungan. Salah satu wujud dari kesensitifan dan kreatifitas kami adalah ketika merespon dan megolah sampah menjadi pupuk kompos. Setelah kewajiban bagi setiap orang di sekolah ini berjalan sebagaimana mestinya, yakni wajib menanam dan wajib merawat seluruh bunga dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Sebab hanya dengan tumbuhan dan tanam-tanaman seperti itulah polusi, panas matahari serta kebisingan bisa teratasi, disamping oksigennya tetap terjaga di lingkungan yang sehat. 
Jadi tak heran kalau kemudian sekolah ini tidak hanya membuat kami betah belajar di dalamnya, tapi setiap tamu yang datang juga seolah merasakan hal yang sama. Suasana sejuk dengan angin segar bertiup berseliweran diantara warna warni bunga dan hijau dedaunan, kadang terasa memukul-mukul tulang-tulang jendela dan menyapa kami yang tengah asyik belajar dengan buku dan kata.
Berbagai upaya terus dilakukan Kepala sekolah bersama guru-guru untuk melengkapi keberadaan sekolah kami, dari upaya meningkatkan prestasi belajar siswa sampai pada prestasi pelayanan dan managemen pendidikkannya. Selain itu kerja sama kepala sekolah, guru dan ketua organisasi intra siswa (osis) juga tetap terus terbangun, hingga jarak antara kami terasa lebih dekat dan akrab dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai persahabatan, etika dan estetika. 
Sementara prestasi dan kompetisi terus berlangsung sehat, yang tak hanya berani berkokok di kandang tapi juga berani berkompetisi di luar dengan melahirkan banyak prestasi akademik dan non akademik, baik ditingkat kecamatan, kabupaten mau pun di tingkat propinsi. Dan kini sekolah kami memiliki nilai Akreditasi A, sebuah pertaruhan yang harus kami hargai dan harus kami jaga bersama. (Car, Dwi, Ram, Ade dan Mery) (as)




Pos Rakyat No.04 Th.1/16 - 30 April 2009

Journalis Junior: SMAN 1 Kandanghaur-Indramayu

Hallo temen-temen Arena SD, MI, SMP, M.Ts, SMA, MAN dan SMK, untuk tampilan perdana rubrik Arena ini, kami dari Tim Pengasuh menjatuhkan undangan ke SMAN 1 Krangkeng-Indramayu sebagai Tamu istimewa tentunya untuk menyuguhkan kegiatan eskul, dengan laporan perjalanan study wisata. Mereka adalah: Andes Pradesa, Muhammad Rizki Faisal, Laura Yohana S, Jesika Fedi Y, Andi Suwanto. Dan untuk terbitan selanjutnya siapa yang bakal jadi Redaksi Tamu kita ya, dan dari sekolah mana? Makanya sekarang kamu harus terus latihan menulis dengan memperbanyak membaca. Oke!

Rabu, 01 Juli 2009

Study Wisata Dan Milih Mau Kuliah Di Mana

Study Wisata Dan Milih Mau Kuliah Di Mana

Malam itu Minggu, 22 Maret 2009, kami dengan 252 siswa lainnya dari Klas XI SMAN 1 Krangkeng sudah membayangkan bagaimana lika-liku perjalanan study wisata yang sebentar lagi akan mengantarkan kami ke Purwokerto dan Yogyakarta. Dari dua kota bersejarah ini kami juga akan mengunjungi Universitas Jendral Soedirman (Unsoed), Universitas Gajah Mada (UGM) dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Tepat pukul 21.30 WIB 5 bis yang kami tumpangipun bergerak meninggalkan halaman SMAN 1 Krangkeng, dan baru masuk perbatasan provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah pukul 00.10.
Senin Pagi pukul 06.45 punggung bis basah, kami sampai di kota pertama, Purwokerto. Selimut kabut bergerak menarik diri dari tubuh gunung slamet, supir bis sengaja menghentikan kendaraannya di tempat peristirahatan seolah memberi kesempatan pada kami untuk bersiap-siap mengemasi seluruh bawaan menjelang sampai ke tempat tujuan.
Dua jam kemudian kami sampai di Objek Wisata Baturaden yang posisinya persis di kaki Gunung Slamet, Jawa tengah. Lokasi wisata yang terkenal dengan jembatan gantung serta sempat mengingatkan kami pada peristiwa 5 tahun lalu. Di mana beberapa pelajar Indramayu sempat jadi korban saat terjadinya insiden di Jembatan Gantung ini. 
Siang harinya kami bergerak ke Unsoed, di depan kampus itu berdiri patung Jendral Soedirman berkuda yang seolah menyambut kedatangan kami, serta beberapa Dosen didampingi sejumlah mahasiswa alumni SMA N 1 Krangkeng. 
Dari Unsoed kami langsung ke wisata air Owabong. 1,5 jam lebih kami menikmati sejuknya air dan udara di situ, membiarkan imajinasi bergerak leluasa merespon segala pemandangan dengan mata terbuka. Tapi namanya juga perjalanan jauh pasti ada saja yang sakit, satu teman kami dari kelas IPS harus di bawa ke Rumah Sakit Kebumen. 
Keesokan harinya, Selasa 24 Maret 2009 kami masuk Hotel Bhineka Yogyakarta, dan pukul 08.00 paginya kami menginjakkan kaki di Universitas Gadjah Mada, perguruan tinggi terbaik pada urutan 316 Tingkat Dunia. 
Dari UGM kami bergerak ke Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Salah satu Perguruan Tinggi Negeri dengan gedung olah raga (GOR) bertaraf Internasional. Di situ kami disambut utusan Dosen serta layar in focus yang di pasang di halaman kampus sebagai ucapan selamat datang, di dalamnya tampak beberapa alumnus SMA N 1 Krangkeng. Dari kunjungan kami di ketiga Perguruan Tinggi selain adanya kesempatan berdialog, masing-masing utusan dosen punya cara tersendiri saat memberikan arahan, motivasi, dorongan moril dan pemaparan profilnya. Yang dalam hal ini tidak hanya membuat kami terkesan, tapi juga tumbuhnya semangat belajar untuk kemudian berharap bisa kuliah di salah satu perguruan tinggi tersebut.

****
Setelah semua kegiatan kunjungan study dan pengumpulan informasi tentang ketiga perguruan tinggi yang menjadi program kegiatan sekolah kami di tahun ini selesai. Sekarang saatnya wisata mengendurkan sayaraf dengan mengunjungi Candi Prambanan dan Malioboro. Karena kedua objek wisata ini merupakan ikon budaya yang kuat di tanah air. Selain sebagai symbol puncak-puncak kebudayaan Indonesia yang dahsyat dengan karya adiluhung dari kekuatan akal budi manusianya. Prambanan juga menyimpan nilai sejarah yang tak habis dibaca.
Sementara Malioboro yang membentang sepanjang 2 km antara Gedung Seni Sono dan Stasiun Tugu itu memiliki tebaran imajinasi yang lebih panjang dari jaraknya yang ada. Di situ orang-orang tumpah datang dari berbagai sudut kota Indonesia dan penjuru dunia berjalan berjubel memadati, melihat-lihat, menikmati dan membeli segala pernak pernik souvenir karya kreatif tangan-tangan terampil manusianya.
Waktu terus merayap seperti manusia dan kendaraan yang lalu lalang di kota kecil berjuluk kota terpadat di dunia ini, karena di dalamnya terdapat hampir sebagaian besar suku di Indonesia dan suku bangsa dunia, melancong mengelana. 
Selamat malam Yogyakarta
kedatanganku bukan untuk siapa-siapa 
tapi untuk sebuah suasana

1 jam kami hunting dan melakukan transaksi dengan para penjual souvenir, penjual pakaian, makanan khas Ba’pia dan Wingko Jogja menjadi oleh-oleh dari perjalanan study wisata ini. Lalu tepat pukul 21.00 kami pun beringsut meninggalkan Malioboro, menuju Hotel berkemas cek out dan menuju Bis pulang ke Indramayu. (Sal, Ura, Jesi, Andi, Andes) (as)
SDN 2 Srengseng Kian Parah
Padahal Sekolah Pertama di Kecamatan Krangkeng Yang Dibangun Tahun 1918

Memang, untuk prestasi akademik SDN 2 Srengseng bukan tempatnya, selain dari sekolah ini juga konon belum melahirkan orang-orang sebesar Indriya Samego, tapi paling tidak H. Deddy, S.Pd KCD Pendidikan Krangkeng pernah belajar membaca atau berhitung di sekolah ini. “Tapi apakah karena mutu pendidikannya kurang lantas kondisi bangunannya juga harus dibiarkan terus berkurang.” Begitu, tanya Sopan (32), salah seorang tokoh pemuda setempat yang juga pernah bersekolah di SD ini.
Hampir sebagian besar kondisi bangunan tampak rusak, baik tembok (dinding pembatas), lantai, genting sampai tulang penyangga plaponnya pun sudah ada yang jebol dan dikhawatirkan rubuh. Meski kondisi bangunanya kian hari kian parah, tapi yang namanya minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya di SDN 2 Srengseng jauh lebih besar dari SD SD lain yang ada di desa setempat. Setiap tahun ajaran baru tiba, Kepala Sekolah dan Gurunya selalu kerepotan memberi alasan kepada para orang tua, agar mendaftarkan anaknya ke SD yang satunya lagi, karena jumlah penerimaan muruid di SDN 2 Srengseng sudah berlebih. Namun alasan tersebut selalu ditampik, dan akhirnya mereka terpaksa harus diterima.
“Jadi tidak heran Pak kalau di sekolah kami setiap kelasnya berisi 50 siswa, dan ini memang melebihi dari jumlah rombongan belajar yang sedianya 40 orang itu. Tapi apa mau dikata, selain peminat masyarakat besar untuk menyekolahkan anak-anaknya, jumlah ruang kelas yang terpakai Cuma 7, sedangkan yang lainnya sudah tidak berani ditempati demi keamanan dan keselamatan siswa,” ujar Pak Roki dan Komar kepada PR.
Sementara menurut Komar, Guru Bahasa yang mewakili kepala Sekolah baru, Aliyah, S.Pd, mengatakan bahwa pengajuan perbaikan sekolah ini sudah di respon pihak Dinas Pendidikan, dan tinggal menunggu kapan kepastian realisasinya. (as) 

Puisi

Eva Istiana 

Resah

Ditemaram bintang 
jalanan sibuk
‘tuk mendengar resahku

Adakah angin yang sudi
mengantar kisahku

Kelas XII IPA
SMAN Unggulan Jatibarang


Ade Tika Rahmawati

Pemilu

Satu yang ditunggu
tuk mencapai Negara maju
tuk berikan kepercayaan baru
tuk pilih pemimpin yang mampu

Pemilu
jutaan makna 
untuk wajah Indonesiaku

Kls XII IPA 1
SMAN 1 Sindang-Indramayu


Tinjauan Puisi

Rahasia Dua Gelisah Yang Berbeda

oleh: acep syahril

Sepertinya sulit bagi setiap orang untuk memulai pekerjaan yang belum dia kenali betul jenis pekerjaannya, seperti seorang yang baru mengenal dunia montir atau tukang servis radio dan tv. Jangankan untuk memperbaiki kerusakan dua benda tersebut, melihat seluruh perangkat eletronik yang menempel saling taut bertaut dengan kabel serta komponennya yang serba kecil itu saja, akan membuat seseorang tadi pusing. Tapi ketika montir yang ahlinya turun memperbaiki salah satu kerusakan dari kedua benda itu, barulah seseorang tadi manggut-manggut.
Keesokan harinya seseorang tadi kembali memperhatikan si montir memperbaiki kerusakan tv konsumen yang baru. Sambil memegang buku panduan, mencatat setiap komponen yang rusak atau yang perlu diganti, kadang dia ikut terlibat mencari tau penyebab rusaknya tv tersebut. Dan hal ini dia lakukan terus menerus hingga kemudian dia sendiri berani untuk mengambil alih kerja si montir tadi memperbaiki radio konsumen.
Hal ini tidak jauh beda dengan dunia tulis menulis. Seseorang baru akan terasa terkagum-kagum ketika membaca hasil tulisan temannya yang sudah dimuat di surat kabar, tapi dia sendiri ketika berupaya tampil seperti temannya selalu saja menemui kesulitan. 
Dan dia tidak tau kalau temannya tadi tidaklah tampil ujug ujug sebagai penulis, tapi telah melalui proses panjang, dengan banyak belajar, banyak bertanya dan banyak membaca, baru kemudian masuk dalam latihan menulis. Jadi profesi menulis bukanlah berdasarkan bakat, tapi lebih pada niat dan keinginan besar, apalagi bagi kamu yang sudah mulai menyukai dunia penulisan, entah itu cerpen atau puisi. 
Kali ini Arena menampilkan dua penulis puisi, yakni Eva Istiana, kelas XII IPA SMAN Unggulan Jatibarang-Indramayu dan Ade Tika Rahmawati, kelas XII IPA 1 SMAN 1 Sindang-Indramayu. Eva Istiana dengan puisi berjudul “Resah” sedangkan Ade Tika Rahmawati dengan “Pemilu”.
Keduanya memiliki penampilan dan steel yang berbeda, kalau Eva tampil dengan nuansa pribadi atau dunia dalam dirinya yang penuh gelisah /Adakah angin/yang sudi mengantar kisahku/. Yang dalam hal ini sulit diterka, apa bentuk kegelisahan yang tengah dirasakan Eva? Padahal penggunaan bahasanya sangat konvensional, tapi karena pada struktur puisi ini terdapat unsur imajinasi serta bahasa simbolik yang kuat untuk menyamarkan persoalan penulisnya. Sehingga pembaca dipaksa untuk menjabarkan rahasia puisi tersebut.
Berbeda dengan Ade Tika Rahmawati dalam puisi Pemilu nya, Ade tampil bersama gelisahnya yang lain dengan bahasa konvensional yang sedikit verbal, dipoles citraan yang menarik hingga memiliki makna cukup dalam /Pemilu/jutaan makna/untuk wajah Indonesiaku/.
Sebagai generasi muda, generasi penerus pembangunan dan pemilih pemula di negeri ini, Ade Tika juga punya rasa tanggung jawab moral dan hak untuk ikut menentukan kemana arah bangsa ini berjalan, /tuk berikan kepercayaan baru/ dan /tuk pilih pemimpin yang mampu/. 

Deddy Apriadie Raswin

Leksikon:

Deddy Apriadie Raswin (Penyair)

Lahir di Cirebon-Jawa Barat, 6 Oktober 1962, dia adalah salah seorang penyair Indonesia yang kini berdomisili di Indramayu. Selain menulis puisi dia juga aktif mengelola Forum Masyarakat Sastra Indramayu yang mempasilitasi kegiatan disukusi bagi penyair setempat. Pemikiran-pemikiran bernasnya yang tidak pada setiap forum terlontarkan sangat diperhitungkan dalam pembicaraan peta kesastraan di Indramayu. Hal ini juga sangat terwakili pada karya-karya puisinya yang cukup memberi warna pada dunia kepenyairan Indramayu. Sebagian besar puisinya selain termuat di beberapa surat kabar, juga dimuat dalam sejumlah buku kumpulan puisi, seperti: Sajak-Sajak (1983), Tanah Garam (1992), Kiser Pesisiran (1994), Dari Negeri Minyak (2001) dan Tanah Pilih (2008, Bunga Rampai Puisi Temu Sastrawan Indonesia I). (as)  
Faldi Faturohman
SMPN Unggulan Indramayu

Belum Menentukan Cita-Cita

Semua orang punya cita-cita atau pilihan cita-cita, tapi tidak semua orang bisa menentukan bercita-cita mau jadi apa, seperti halnya Faldi Faturohman, siswa Kelas VIII SMPN Unggulan Indramayu yang berhasil lolos sebagai pemenang Olimpiade Sains Nasional 2009, Bidang Fisika untuk Tingkat Kabupaten ini. Menjelang keberangkatannya ke Bandung dalam kompetisi di Tingkat Nasional, Faldi sempat ditemui tim Arena dari PR, dan sejenak berbincang-bincang seputar kesehariannya. Ternyata bungsu dari dua saudara kelahiran 13 Desember 1994, putra Pak Dadon, Amd yang guru SMPN 2 Gegesik Cirebon itu, memiliki kebiasaan unik. Kalau dia sudah suntuk belajar, video game adalah sasaran kompensasinya, di situ Faldi bisa sampai berjam jam tanpa ingat makan dan istirahat. Sementara orang tua, guru atau teman-temannya kadang khawatir soal kemampuan kompetisi yang tengah dihadapinya, tapi ternyata hal itu tidak berpengaruh. Buktinya pada tahun 2008 lalu Faldi juga berhasil menyisihkan lawan-lawannya, dan keluar sebagai pemenang Olimpiade Mifa Sains Nasional.
Ketika ditanya, mengapa harus memilih sekolah di SMPN Unggulan Indramayu, padahal rumahnya lebih dekat dengan sekolah (SMPN 2 Gegesik-Cirebon) tempat Ayahnya mengajar. “SMPN Unggulan lebih mengutamakan kualitas belajar, disiplin dan tertib dalam segala hal,” ujarnya. (as)

Inayah Mauladi

Inayah Mauladi
SMP Al-Ishlah Boarding School

Ingin Mengabdi Di Dunia Pendidikan


Komitmen Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Indramayu dalam memajukan dunia pendidikan, bisa dibuktikan dengan upaya keras berbagai elemen yang ikut terlibat di dalamnya, selain keterlibatan langsung para pelaku di dunia pendidikan itu sendiri. Tanpa memilah memilih dari mana asal sekolahnya, swasta atawa negeri, diakui atawa tidak diakui. Yang penting bagaimana pendidikan di Indramayu tidak tertinggal dari daerah-daerah lainnya, serta memiliki kualitas pendidikan yang jauh lebih baik dengan komitmen mecerdaskan masyarakatnya.
Upaya menciptakan kualitas belajar siswa dengan meningkatkan mutu pendidikannya itu ternyata bisa dibuktikan SMP Al-Ishlah Boarding School, Sliyeg-Indramayu. Sebuah sekolah swasta berbasis pesantren yang baru-baru ini membawa salah seorang siswinya (baca santri) berhasil keluar sebagai pemenang 3 besar Olimpiade Sains Nasional 2009 Tingkat Kabupaten untuk Bidang Fisika. Dia adalah Inayah Mauladi, yang kini duduk di kelas VIII.
Inayah, yang saat itu diantar langsung Kepala Sekolahnya menjelang kompetisi selanjutnya di Bandung sedikit bercerita, kalau dia selama ini hanya 5 jam tidur dalam sehari semalam. Selebih waktunya dia gunakan untuk belajar. Ketika ditanya soal cita-cita, putri kedua dari dua saudara pasangan Sa’adudin dan Nurhasanah yang bekerja sebagai penjahit dan jasa penggiling bumbu dapur ini, “kalau Allah mengizinkan saya ingin jadi guru dan mengabdi untuk dunia pendidikan,” ujarnya. (as) 
Pemerataan Kualitas Pendidikan Dasar
10 SD Disiapkan Jadi Sekolah Unggulan

Dalam rangka meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan dasar di Kabupaten Indramayu, Subdin Dikdas pada Dinas Pendidikan setempat, telah menunjuk 10 SD Negeri yang tersebar di beberapa kecamatan Indramayu untuk di tingkatkan statusnya menjadi SD Unggulan. Seperti SDN Unggulan Indramayu, SDN 1 Kepandean, SDN 1 Cantigi, SDN 1 Srengseng, SDN 1 Karangasem, SDN 2 Jatibarang, SDN 2 Karangampel, SDN Sukaselamet, SDN Cariyu dan SDN Sukahati. 
Program ini menurut Kasubdin Dikdas Drs.H.Mas’ud, M.Pd perlu mendapat perhatian serius sebagai upaya meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan dasar di Kabupaten Indramayu, sebab sekolah dasar merupakan Golden Age, dimana kemampuan otak anak untuk menyerap informasi sangat tinggi. Apapun informasi yang diberikan akan berdampak bagi si anak di kemuadian hari. Oleh karena itu keberadaan SD-SD Unggulan ini diharapkan bisa menjadi pembina kualitas bagi SD-SD yang ada di sekitarnya.
Ditegaskan H.Mas’ud bahwa masa Golden Age juga dikenal dengan “masa-masa paling berharga bagi anak, dimana masa tersebut tidak akan bisa terulang lagi dalam hidupnya”. Jadi pada saat itulah peran orang tua sangat dituntut untuk bisa mendidik dan mengoptimalkan kecerdasan anak, baik secara intelektual, emosional dan spriritual, tuturnya. (as/dede.n)

Jami'ah Tahlil Saat Memberi Santunan Pendidikan

Jami’ah Tahlil Desa Kenanga Indramayu
Beri Santunan Pendidikan Kepada Anak Yatim Lulusan SD

Belasan Anak Yatim lulusan SDN Kenanga 1, Kec. Sindang-Indramayu menerima santunan pendidikan dari Jami’ah Tahlil Desa Kenanga Blok Dukuh dalam bentuk uang senilai Rp.800 ribu per anak. Santunan yang diserahkan secara simbolis oleh Ketua Jami’ah, Casdirah disaksikan Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Kuwu Desa Kenanga dan segenap anggota Jami’ah Tahlil pada acara pelepasan dan kenaikan kelas, di halaman SDN Kenanga 1, Kamis (25/6). 
Oleh Ketua Santunan Pendidikan Anak Yatim, Karsan dan Bendahara, Yusuf Assegaf, dikatakan bahwa pemberian santunan ini merupakan inisiatif dan kepedulian Jami’ah Tahlil. Yang bertujuan agar mereka (para anak yatim) ini juga bisa mengenyam dan meneruskan pendidikkan seperti anak-anak lainnya.
Sementara Kepala Sekolah SDN Kenanga 1, Maryana, S.pd merasa terharu dengan adanya kepedulian Jami’ah Tahlil khususnya dan masyarakat Blok Dukuh Desa Kenanga umumnya, atas santunan pendidikan yang telah diterima sejumlah siswanya itu. Dan dalam pidatonya dengan suara agak tersendat karena diliputi rasa haru, “saya secara pribadi sangat berterima kasih atas perhatian Jami’ah Tahlil, yang telah membantu anak-anak kami yang nota bene anak-anak yatim yang tentunya juga punya keinginan untuk sekolah seperti anak-anak lainnya,” tuturnya. Selain itu beliau juga berharap agar santunan pendidikan kepada anak yatim ini tidak terhenti sampai di sini, tapi juga berkelanjutan, yang tentunya tidak hanya di SDN Kenanga 1, tapi juga di SD-SD lainnya. (dede.n/as)  

Pos Rakyat No.06 16 - 30 Juni 2009