Pos Rakyat
No.4/Th.1/1-15 April 2009
Dari Redaksi:
Mungkin ini langkah awal paling baik atas keterbukaan Kepala Dinas Pendidikkan Kabupaten Indramayu, Drs.H.Suhaeli,M.Si dan Mapenda Departemen Agama, yang memberi kesempatan kepada kami sebagai Perwakilan Pos Rakyat di Indramayu, untuk mengelola kreatifitas di dunia Pendidikan, Sastra dan Budaya, yang berada di bawah naungan bidang Ekstrakulikuler Dinas Pendidikan Indramayu dengan komando DR.H.Akil dan Drs.H.Mas’ud, Msi. Adapun Pos Rakyat di sini berupaya menjadi media komunikasi antara Siswa, Guru, Kepala Sekolah, Masyarakat, Dinas Pendidikkan dan Pemkab Indramayu, yang tidak sebatas komunikasi tapi juga sebagai media informasi yang menawarkan berbagai perkembangan dalam dunia pendidikkan, termasuk kreatifitas dan aktifitas yang bernilai kompetitif. Akhirnya kepada Anda: Siswa Siswi, Guru, Kepala Sekolah dan Dinas-Dinas terkait, kami akan setia menunggu kiriman tulisan anda dalam bentuk: Artikel, Opini, Puisi, Cerpen, Foto Kegiatan dan lain-lain, kirimkan ke: posrakyat@telkom.net atau acepsyahril@yahoo.co.id (Perwakilan Indramayu: acep syahril, Dede Nurohim)
Jurnalis Tamu: SMAN 1 Krangkeng-Indramayu
Pengtingnya Study Wisata
Dan Milih Mau Kuliah Di Mana
Hallo temen-temen Arena SD, MI, SMP, M.Ts, SMA, MAN dan SMK, untuk tampilan perdana rubrik Arena ini, kami dari Tim Pengasuh menjatuhkan undangan ke SMAN 1 Krangkeng sebagai Tamu istimewa tentunya untuk menyuguhkan kegiatan eskul, dengan laporan perjalanan study wisata. Mereka adalah: Andes Pradesa, Muhammad Rizki Faisal, Laura Yohana S, Jesika Fedi Y, Andi Suwanto. Dan untuk terbitan selanjutnya siapa yang bakal jadi Redaksi Tamu kita ya, dan dari sekolah mana? Makanya sekarang kamu harus terus latihan menulis dengan memperbanyak membaca. Oke!
Malam itu Minggu, 22 Maret 2009, kami dengan 252 siswa lainnya dari Klas XI SMAN 1 Krangkeng sudah membayangkan bagaimana lika-liku perjalanan study wisata yang sebentar lagi akan mengantarkan kami ke Purwokerto dan Yogyakarta. Dari dua kota bersejarah ini kami juga akan mengunjungi Universitas Jendral Soedirman (Unsoed), Universitas Gajah Mada (UGM) dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Tepat pukul 21.30 WIB 5 bis yang kami tumpangipun bergerak meninggalkan halaman SMAN 1 Krangkeng, dan baru masuk perbatasan provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah pukul 00.10.
Senin Pagi pukul 06.45 punggung bis basah, kami sampai di kota pertama, Purwokerto. Selimut kabut bergerak menarik diri dari tubuh gunung slamet, supir bis sengaja menghentikan kendaraannya di tempat peristirahatan seolah memberi kesempatan pada kami untuk bersiap-siap mengemasi seluruh bawaan menjelang sampai ke tempat tujuan.
Dua jam kemudian kami sampai di Objek Wisata Baturaden yang posisinya persis di kaki Gunung Slamet, Jawa tengah. Lokasi wisata yang terkenal dengan jembatan gantung serta sempat mengingatkan kami pada peristiwa 5 tahun lalu. Di mana beberapa pelajar Indramayu sempat jadi korban saat terjadinya insiden di Jembatan Gantung ini. Siang harinya kami bergerak ke Unsoed, di depan kampus itu berdiri patung Jendral Soedirman berkuda yang seolah menyambut kedatangan kami, serta beberapa Dosen didampingi sejumlah mahasiswa alumni SMA N 1 Krangkeng. Dari Unsoed kami langsung ke wisata air Owabong. 1,5 jam lebih kami menikmati sejuknya air dan udara di situ, membiarkan imajinasi bergerak leluasa merespon segala pemandangan dengan mata terbuka. Tapi namanya juga perjalanan jauh pasti ada saja yang sakit, satu teman kami dari kelas IPS harus di bawa ke Rumah Sakit Kebumen.
Keesokan harinya, Selasa 24 Maret 2009 kami masuk Hotel Bhineka Yogyakarta, dan pukul 08.00 paginya kami menginjakkan kaki di Universitas Gadjah Mada, perguruan tinggi terbaik pada urutan 316 Tingkat Dunia.
Dari UGM kami bergerak ke Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Salah satu Perguruan Tinggi Negeri dengan gedung olah raga (GOR) bertaraf Internasional. Di situ kami disambut utusan Dosen serta layar in focus yang di pasang di halaman kampus sebagai ucapan selamat datang, di dalamnya tampak beberapa alumnus SMA N 1 Krangkeng. Dari kunjungan kami di ketiga Perguruan Tinggi selain adanya kesempatan berdialog, masing-masing utusan dosen punya cara tersendiri saat memberikan arahan, motivasi, dorongan moril dan pemaparan profilnya. Yang dalam hal ini tidak hanya membuat kami terkesan, tapi juga tumbuhnya semangat belajar untuk kemudian berharap bisa kuliah di salah satu perguruan tinggi tersebut.
****
Setelah semua kegiatan kunjungan study dan pengumpulan informasi tentang ketiga perguruan tinggi yang menjadi program kegiatan sekolah kami di tahun ini selesai. Sekarang saatnya wisata mengendurkan sayaraf dengan mengunjungi Candi Prambanan dan Malioboro. Karena kedua objek wisata ini merupakan ikon budaya yang kuat di tanah air. Selain sebagai symbol puncak-puncak kebudayaan Indonesia yang dahsyat dengan karya adiluhung dari kekuatan akal budi manusianya. Prambanan juga menyimpan nilai sejarah yang tak habis dibaca.
Sementara Malioboro yang membentang sepanjang 2 km antara Gedung Seni Sono dan Stasiun Tugu itu memiliki tebaran imajinasi yang lebih panjang dari jaraknya yang ada. Di situ orang-orang tumpah datang dari berbagai sudut kota Indonesia dan penjuru dunia berjalan berjubel memadati, melihat-lihat, menikmati dan membeli segala pernak pernik souvenir karya kreatif tangan-tangan terampil manusianya.
Waktu terus merayap seperti manusia dan kendaraan yang lalu lalang di kota kecil berjuluk kota terpadat di dunia ini, karena di dalamnya terdapat hampir sebagaian besar suku di Indonesia dan suku bangsa dunia, melancong mengelana.
Selamat malam Yogyakarta
kedatanganku bukan untuk siapa-siapa
tapi untuk sebuah suasana
1 jam kami hunting dan melakukan transaksi dengan para penjual souvenir, penjual pakaian, makanan khas Ba’pia dan Wingko Jogja menjadi oleh-oleh dari perjalanan study wisata ini. Lalu tepat pukul 21.00 kami pun beringsut meninggalkan Malioboro, menuju Hotel berkemas cek out dan menuju Bis pulang ke Indramayu. (Sal, Ura, Jesi, Andi, Andes)
Prestasi
Azmal Aziz:
Pengen Jadi Penulis Terkenal
Azmal Aziz, yang saat ini tercatat sebagai siswa kelas VIII di SMPN 1 Widasari, Indramayu itu, dia bilang salah satu cita-cita pilihannya pengen jadi penulis terkenal seperti Andre Hirata, pengarang buku Laskar Pelangi. Walau pun catatan harianya masih seputar persoalan cinta, diomelin ortu, dan kegelisahan seperti kamu yang sedang bingung cari identitas diri atau yang selalu mencari perhatian. Tapi itu tetap punya nilai tambah bagi seseorang. Sebab orang pintar bilang, ada dua ciri dari orang cerdas. Pertama dia punya hobby menulis surat dan kedua dia punya catatan harian. Kalau gitu Azmar Aziz termasuk punya bakat jadi orang cerdas doonk….karena satu ciri dari kebiasaan orang cerdas itu ada padanya. Jawabannyabisa saja begitu. Buktinya beberapa waktu lalu pada 28 Februari 2009, dia berhasil keluar sebagai Juara I dalam Lomba Cipta dan Baca Puisi se Wil.III Cirebon, yang diselenggarakan SMAN 1 Jatibarang pada HUT nya yang ke IV.
Azmar bilang dia pengen punya kenalan, tapi ga mau melalui SMS, tapi lewat surat yang ditulis tangan. Karena surat lebih punya nilai estetik, katanya. (as)
Eliva Sausan Meyci:
Calon Arsitektur
Eliva Sausan Maki, kawan-kawan pasti kenal dia. Tapi maaf maksud nya bukan mau nyombongin lho. Karena dia anaknya baik dan rendah hati, bayangkan aja ketika Arena SD ber kunjung kesekolahnya di SDN 1 Unggulan Indramayu. Eliva yang ternyata Sang juara Nasional Sains IPA tahun 2009 yang kini duduk di kelas V ini, orangnya pemalu. Tapi dibalik sifat pemalunya itu Eliva menyimpan rasa penasaran luar biasa terhadap ilmu pengetahuan tentang gerak alam dan teknologi, serta Matematika yang menurutnya lucu dan mengasyikkan. Jadi jangan heran kalau hobbynya membaca komik matematika, dengerin musik dan badminton. Dan dari hobbynya ini jugalah dia bisa nyabet Juara II Aritmatika se Propinsi Jawa Barat pada waktu bersamaan. Selain masih menyimpan banyak piala kejuaraan di rumahnya.
Sekarang Eliva makin giat belajar sebab cita-citanya ingin jadi Arsitektur. Kamu pengen kenal dekat Eliva Sausan Maki anak Om Ell Kandar dan Tente Eva Anah Diana ini kan? kamu bisa nulis surat sekaligus ngucapin HUT nya yang ke 11 pada 29 Maret lalu,:ke Desa Karangmalang Jl.Kapten Arya, samping Gang 41 Indramayu. (as)
Nurul Fajriati:
Diplomat atau Tekhnokrat Dari Indramayu
Nurul Fajriati, hampir sebagian waktu Nurul 30 November 1996 ini dihabiskan dengan membaca, mungkin kawan-kawan pasti bertanya-tanya. Ngapain ngabis-ngabisin waktu buat m’baca? Tapi tolong jangan tanyakan pada Nurul kalau pertanyaannya kayak gitu, soalnya itu bukan pertanyaan yang perlu ada jawaban.
Sebab dari kebiasaan membaca ini wawasan dan pengetahuannya terus bertambah, jadi jangan heran kalau beberapa waktu lalu (22 Februari 2009) dia berhasil menyisihkan lebih dari 1.000 peserta tray out SD se kabupaten Indramayu yang dilaksanakan Primagama. Atau Juara II Olipyade Matematika yang diselenggarakan SMPN Unggulan Indramayu dan Juara II Cerdas Cermat se Kab.Indramayu pada 2008 tahun lalu. Atau seabrek kejuaraan lain yang juga pernah dia sabet, semua itu sudah jelas karena kebiasaan membaca yang sukai. Jadi sekali lagi jangan Tanya buat apa buang-buang waktu Cuma untuk membaca.
Sekarang Nurul yang masih tercatat sebagai siswi di SD Margadadi III Indramayu ini sebentar lagi masuk ke kelas VII, tapi ga tau tuh, SMP nya masih masih dirahasiakan. Tapi cita-cita sih pengn jadi…Diplomat atau Tekhnokrat….waaah hebat doong. (as)
Sorot Siswa
Yudi Guntara:
Bapak Saya Bilang Sekolahnya Ga Usah Dilanjutin
Siapa orangnya yang tidak kecewa ketika keinginan untuk sekolah dan keinginan untuk mengejar cita-cita jadi kandas, cuma karena tidak punya biaya. Apalagi kata-kata itu muncul dari orang yang telah membesarkannya selama ini. “Yud sira ora perlu ngelanjutna sekolah maning, soale Bapak ora nduwe biaya”, ujar Bapaknya suatu kali. (Yud kamu tidak usah melanjutkan sekolah lagi, soalnya Bapak tidak punya biaya).
Tapi apa pun alasannya, semua itu tetap kembali pada diri kita, sebab tidak semua orang tua mengerti tentang pentingnya pendidikkan. Dan apa yang dikatakan Pak Wagat kepada Yudi, bukan berarti orang tuanya tidak perduli, hal ini lebih pada persoalan ekonomi serta rendahnya SDM orang tua. Jadi sangatlah dimaklumi jika sampai hari ini masih ada orang tua yang berfikiran demikian. Namun Yudi Guntara, bocah kelahiran Indramayu, 27 Januari 1992 ini tetap tunduk dan patuh pada orang tuanya, dengan semangat hidup yang tinggi serta tetap berkeinginan melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi. Meskipun harus kehilangan sebagian waktu bermain demi meringankan kerja orang tuanya yang hanya buruh tani itu. “Saya harus membantu Bapak di sawah mengerjakan sawah orang, untuk biaya makan sehari-hari dan biaya hidup keluarga, termasuk jajan sekolah,” kata Yudi pada PR.
Sekarang Yudi yang masih duduk di kelas VIII M.Ts Al-Washliyah Sindang Indramayu ini, terus berupaya meyakinkan guru dan Kepala Sekolahnya, Julianto, S.Pd, bahwa dia benar-benar ingin menyelesaikan sekolahnya dengan baik, sampai kemudian bisa masuk kejenjang pendidikkan lebih tinggi.
Hal ini ternyata bukan hisapan jempol, karena menurut pengakuan kepala sekolahnya, Yudi termasuk salah satu murid berprestasi, dia bersama rekan-rekannya pernah memenangkan Festival Rebana se Kabupaten Indramayu dan keluar sebagai juara I mewakili M.Ts Al-Washliyah. Selain sejumlah prestasi lain yang pernah dia raih.
Yudi Guntara punya bakat kuat di bidang teknologi, jadi tidak salah kalau dia juga sangat menyukai mata pelajaran IPA. Ketika ditanya soal cita-cita, bocah berbadan tinggi tegap yang tinggal di Blok Gandok, RT.05 RW.02 Desa Panyindangan Kulon, Kecamatan Sindang-Indramayu ini, dia bilang pengen jadi Ahli Otomotif. Boleh juga tuh. Jadi kepada Bapak Kepala Dinas Pendidikkan atau Bapak Bupati Indramayu, tolong dong. (as)
Propil
SMPN 1 Widasari Antara Prestasi dan Kompetisi
Kemudian Kepala SMPN 1 Widasari yang Penyair itu berupaya keras merubah imej masyarakat setempat yang mayoritas petani, bahwa sekolah bukan semata-mata tuntutan pemerintah, tapi juga kesadaran masyarakat untuk keluar dari ketidak tahuan dan ketidakmampuan mereka sebagai warga negara yang punya tanggung jawab moral terhadap kelangsungan hidup bangsa ini.
Sebagai Ibu yang peka terhadap pertumbuhan diri, keluarga serta lingkungannya Hj.Sri Sunarti mungkin bukanlah satu-satunya Ibu yang berpihak pada dunia pendidikkan. Tapi untuk meyakinkan publik bahwa kepedulian juga milik semua orang, namun dia ingin agar kepedulian itu secepatnya diaplikasikan dalam bentuk kerja nyata.
Kini kepedulian itu telah menjadi sesuatu yang menggembirakan, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Widasari itu sekarang tidak lagi terkesan sebagai sekolah kampungan. Tapi naik beberapa tingkat menjadi sekolah berwibawa yang berada di perkampungan. Dengan terus melambungkan do’a dari kegiatan Sholat Dhuha setiap pagi Jum’at tiba.
Saat ini bangunan sekolah itu bertambah jadi 18 kelas dengan siswanya juga yang jauh lebih banyak 618, sejak dia mengabdikan waktu serta fikirannya 16 bulan lalu. Para orang tua siswa tak perlu mengeluhkan bagaimana kelangsungan sekolah anak mereka, ketika ekonomi makin sulit, pekerjaan serta PHK dimana-mana. Tapi sekolah gratis juga bukan pula berarti bebas semua, sebab disitu harus ada komitmen bahwa pendidikkan adalah keharusan bagi kita semua.
Begitu Sri Sunarti memberikan pemahaman tentang pentingnya pendidikkan serta perhatian semua pihak agar tidak saling salah menyalahkan satu sama lainnya. Hal ini dimulai dari membangun badan yang sehat serta fikiran yang sehat agar ketika anak-anak sampai di rumah bahasa yang di sampaikan pada orang tua mereka lebih terasa membumi tanpa ada tekanan dan nada paksaan demi kelangsungan dunia belajar yang menjanjikan masa depan.
Badan serta fikiran yang sehat ini dimulai dari kegiatan ekstrakulikuler atletik (olah raga), yang tidak hanya membangun kekuatan, tapi tekhnik serta tanggung jawab. Sehingga tidak heran kalau kemudian untuk cabang silat SMPN 1 Widasari ini berhasil keluar sebagai Juara I Putri dan Juara II Putra cabang Silat pada Porseni Tk Kabupaten Indramayu 2008 tahun lalu. Tidak hanya itu, Loncat Tinggi putra putri, lompat jauh putra putri, tolak peluru, dan sepak bola dalam beberapa kali kegiatan porseni dan porsenida selalu berhasil keluar sebagai Juara. Jelas ini sustu prestasi yang tak sekedar pamer kemampuan tapi juga bisa membuktikan teknik kompetisi dalam tiap perlombaan. Seperti tercermin pada mental mereka sebagai praja muda karana yang diwujudkan dalam keberhasilannya menjadi juara I di tingkat Propinsi Jawa Barat. (as)
Serambi :
Pendidikkan dan Mendidik Semua Pihak
Drs.H.Suhaeli, M.Si
Kepala Dinas Pendidikkan Kabupaten Indramayu
Hal paling mendasar saat ini adalah pendidikkan, sebab dengan pendidikkan akan lahir manusia-manusia berkualitas dengan sumber daya manusia (SDM) mumpuni untuk dapat dipertaruhkan demi masa depan individu, keluarga dan bangsanya. Oleh sebab itu sangatlah tepat jika kemudian Surat Edaran Mendiknas Nomor 23/MPN/KU/2009 tanggal 25 Februari 2009, perihal Kebijakan Pendidikkan Gratis Bagi Pendidikkan Dasar, Nomor 186/MPN/KU/2008 tanggal 2 Desember 2008, perihal Bantuan Opersaional Sekolah (BOS) Tahun Anggaran 2009 dan Surat Direktur Jendral Ditjen Manajemen Dikdasmen Depdiknas Nomor 187/C.C3/TU/2009 Tanggal 12 Januari 2009 perihal Surat Edaran pengelolaan kegiatan BOS tahun 2009. Yang mana dari ketiga Surat Edaran tersebut disampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan Kebijakan tentang pendidikan gratis untuk pendidikan dasar sebagaimana tertuang pada UUD 1945, UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerinteh Daerah Kabupten/Kota, PP Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar, dan PP Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan.
Selain itu dengan dinaikannya kesejahteraan guru PNS dan bantuan operasional sekolah (BOS) sejak Januari 2009, seluruh SD dan SMP negeri harus membebaskan siswa dari biaya oprasional sekolah, kecuali sekolah dengan kategori Rintisan SBI dan SBI.
Kalau pun diperbolehkan melakukan pemungutan dana (biaya) dari orang tua murid untuk kepentingan kelangsungan pembangunan SD dan SMP negeri dengan kategori Rintisan SBI dan SBI ini, itu pun harus dengan persetujuan Komite Sekolah, yang berada di bawah pengendalian serta pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu. Hal ini merupakan suatu ketentuan demi terciptanya tranparansi dan akuntabilitas pengelolaan dana sekolah. Berbeda dengan SD dan SMP swasta, khususnya bagi siswa dari keluarga miskin dalam hal ini tidak ada pungutan biaya apa pun untuk kepentingan oprasional sekolah. Sebaliknya bagi siswa yang berasal dari keluarga mampu tidak dilakukan pungutan dengan cara berlebihan. Dan kepada seluruh Kepala Sekolah dalam hal ini dianjurkan agar mencari serta mengajak siswa SD/Setara yang akan lulus dan berpotensi tidak melanjutkansekolah untuk ditampung di SMP/Setara. Demikian juga bila teridentifikasi anak putus sekolah yang masih berminat melanjutkan agar di ajak kembali ke bangku sekolah.
Sementara untuk pemerataan dan perluasan akses, peningkatan mutu, relevansi, daya saing, serta tata kelola, akuntabilitas, pencitraan publik dan penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Menghadapi penerimaan siswa baru Tahun Pelajaran 2009/2010 sekolah/madrasah di wajibkan melakukan sosialisasi atau memasang spanduk kebijakan pendidikan gratis bagi pendidikan dasar dengan format spanduk, seperti: (Format spanduk untuk SD dan SMP Negeri) “MENYELENGGARAKAN PENDIDIKKAN GRATIS BAGI SELURUH SISWA”, (Format spanduk untuk SD dan SMP Rintisan SBI dan SBI) “MEMBEBASKAN IURAN BAGI SISWA MISKIN”, (Format spanduk untuk SD dan SMP Swasta) “MEMBEBASKAN IURAN BAGI SISWA MISKIN”. Bagi sekolah yang tidak melaksanakan Edaran ini dan atau menyalahgunakan wewenang yang dapat merugikan Negara/Sekolah/Siswa akan dijatuhi sanksi oleh pejabat/aparat yang berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Bahari:
Ikan Cucut Yang bikin Kepincut
Cucut (Elasmobranchii) di Indonesia merupakan salah satu sumberdaya perikanan ekonomis penting, baik sebagai komoditas ekspor maupun untuk pemenuhan kebutuhan domestik. Jenis ikan ini banyak terdapat di perairan Laut Indramayu, dan berdasarkan catatan Dinas Perikanan dan Kelautan setempat pada tahun 2007 hasil penangkapan nelayan mencapai 1.811,5 ton. Cucut adalah hewan yang mempunyai banyak manfaat, disamping merupakan bahan makanan juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri kosmetik, obat-obatan dan asesoris seperti tas dan sepatu. Hampir seluruh bagian tubuh cucut dapat dimanfaatkan, mulai dari sirip dan minyak hati sampai daging, tulang, kulit dan mata.
Leksikon
Sri Sunarti (Penyair)
Hj. Sri Sunarti, lahir di Indramayu, 24 Mei 1965, salah seorang Penyair perempuan Indramayu yang masih terus menulis nyambi Kepala Sekolah di SMPN 1 Widasari Indramayu. Sekarang dia tengah menyelesaikan Pasca Sarjananya UPI Bandung, setelah mengantongi D3 Psikologi Pendidikan IKIP Bandung, S1 Bahasa dan Sastra Indonesia Unswagati Cirebon. Puisi—puisinya tergabung dalam beberapa buku kumpulan puisi seperti, Perempuan Di Persimpangan, Penulis Indramayu, Dari Bumi Minyak dan beberapa buku kumpulan puisi lainnya. Selain itu dia juga aktif menulis cerpen, serta artikel budaya yang pernah dimuat dibeberapa media lokal.
Pintu Kucing Malam
Cerpen Aan Andanu
Kalian pernah mengalami kemalangan berturut-turut? Saya pernah mengalaminya dan itu terjadi dihari yang sama. Seperti pepatah sudah jatuh tertimpa tangga.
Hari itu Minggu, persisnya jam berapa saya lupa. Ketika saya menyapu halaman depan, Akbar melintas dengan sepeda dan membanting setangnya kekiri. "kerja bakti ni, ye!" sapanya sembari menyandarkan sepeda.
"Anak yang baik mesti berbakti pada orang tuanya kan?" timpalku sekenanya.
"Kamu sudah dengar belum sungai Cimanuk baru dibersihkan," tanya Akbar mendekatiku.
"Jelas dan pasti! Saya kan termasuk pencinta lingkungan".
"tapi bukan itu", selanya menggamit tanganku.
"Lantas apa?" balasku tak acuh.
"Kamu kan punya banyak papan. Nah kita sulap jadi peluncur, kita main papan luncur di Cimanuk. Asyik, nggak?" kata Akbar.
Hmmm...,boleh juga pikirku. "Boleh…boleh tapi saya nggak tahu masih ada nggak papanya”.
Akbar pulang saya mengumpulkan sampah dan membuangnya di bak sebelah rumah, sembari nyambar handuk di jemuran dan berteriak kecil, "Bu, saya mau main dengan Akbar".
"Kemana?" tanya ibu.
"Ke Cimanuk," jawabku dengan nada ceria menuju kamar mandi.
Selesai mandi kudapatkan ibu menyiapkan makan siang bersamaan kemunculan Akbar di depan pintu. Spontan saya langsung memintanya untuk menyiapkan papan. Sementara saya ganti pakaian setelah itu dengan lahap saya menyelesaikan makan siang. Dengan jalan kaki kami menu ju ke sungai Cimanuk. Benar seperti dugaanku, airnya tampak jernih. Tanpa pikir panjang kami bergegas melepas pakaian dan mencoba papan yang sudah disiapkan. Seperti dugaan kami papan ini perlahan membawa tubuh kami ke hilir, tidak tahu berapa lama dan seberapa jauh kami meluncur. Kulihat Akbar matanya sedikit terpejam, mungkin dia tengah menikmati ayunan papan yang bergerak semakin keras. Dan tanpa disadari, tiba-tiba. Brakk! Papan yang kami tumpangi melaju dibawa arus deras dan menabrak batu. Tubuh Akbar terlempar keras, saya sendiri tereset ke dalam pusaran, setelah itu saya tak tahu lagi apa yang terjadi, tapi antara sadar dan tidak saya merasakan tangan Akbar memijat tengkuk saya.
"Akbar, apa yang terjadi?" tanyaku.
"Sudahlah, yang penting kita selamat", jawabnya.
Setelah benar-benar pulih saya baru sadar kalau apa yang saya lakukan bersama Akbar tadi benar-benar konyol. Bermain di air dalam hanya dengan modal keberanian. Sementara baju yang kami tinggakan di tepi sungai hilang entah kemana. Kontan dengan perasaan malu dan dingin yang menggigit aku sedikit minder pada Akbar, sembari melangkah menyusuri jalan ke rumah. Dan saya tidak bisa membayangkan, betapa marahnya ayah ibu kalau mereka tahu mendapatkan keadaan saya seperti ini, belum lagi kalau saya menceritakan kejadian sebenarnya, mungkin mereka akan benar-benar marah.
Untunglah saya pandai nyelinap, masuk ke rumah dengan diam-diam dan bergegas menukar pakaian lalu ke ruang keluarga seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
"Rencananya besok sore ayah, ibu, dan kak Budi mau ke rumah bibi. Kata ayah, Ari anak bibi mau di sunat.
"Tapi besok saya ada ulangan Fisika, Yah", jelasku.
"Nggak usah ikut ", timpal kak Budi.
Keesokannya ayah, ibu, kak Budi berangkat ke rumah bibi, Ayah bilang mereka pulang agak malam, saya hanya menjawab dengan senyum dan anggukan, sambil terus memperhatikan langkah mereka yang hilang di tikungan jalan.
Jarum pendek jam dinding di kamar saya baru bergerak ke angka 7, sementara saya sudah mulai menyiapkan buku-buku pelajaran fisika yang akan di uji besok pagi. Dengan mengambil posisi yang pas di tempat tidur saya pun mulai terbenam dan asyik mengerjakan soal-soal latihan fisika untuk ulangan besok.
Entah mengapa tiba-tiba saya baru teringat kalau tadi lupa mengunci pintu pagar. Spontan saya melompat dari tempat tidur dan menerobos pintu, tapi di luar gerimis mulai menujah-nujah punggung bumi. Dan hawa sejuk langsung menghampiri kulit tubuh saya, sementara di fikiranku melintas niatan untuk makan bakso, tapi sayang sejak tadi saya belum mendengar suara khas tek...tek...tek...mamang tukang bakso.
Lalu saya dongakkan kepala untuk melihat lebih jelas suasana di jalanan, tapi mata saya hanya menangkap beberapa pohonan berdiri kaku. Suasana lengang, dan terakhir mata saya menangkap sebuah becak di pojok perempatan, mungkin sengaja ditinggal tidur pemiliknya.
”Duh....sepinya”, tukas saya dalam hati, sembari bergerak ke dalam dan, ”Masya Allah sudah pukul sebelas lebih!” mataku terbelalak ke jam dinding kamar, sementara mereka belum juga pulang. Tidak tahu apa yang membuat saya tiba-tiba merasa lebih sendirian malam ini, tak seperti biasanya ketika beberapakali saya ditinggal pergi ayah, ibu dan kak Budi menghadiri resepsi di rumah teman sekerja ayah. Dan saya juga tidak tahu mengapa tiba-tiba perasaan takut ini memaksa saya untuk mengintip suasana di luar. Dan rasa takut itu kemudian menjadi ketika mataku menangkap bayangan putih yang menari berkelebatan kesana kemari.
"Ah, paling bayangan lampu!" kata saya dalam hati, berusaha menghibur. Tapi belum lagi selesai menarik nafas tiba-tiba.
"Brakk!"
Itu suara pintu dapur, tadi saya lupa menguncinya dan saya yakin itu pasti ulah kucing, yakin saya. Namun sayangnya keyakinan itu luntur saat saya menangkap sosok bayangan putih melesat, membuat lutut ini mau copot. Dengan sisa-sisa keberanian saya berusaha mencari tombol lampu dapur, sementara pintu belakang bergerak-gerak di tiup angin. Susana jelaga membuat saya penasaran, tapi tiba-tiba hawa dingin menyapu wajah saya, badan seperti di guyur es rasanya, akhirnya saya nekad berlari kecil mengunci pintu itu.
”Tuuut....tuuut!” telepon memanggil saya, tanpa buang waktu secepat kilat saya berlari menghampiri dan mengangkatnya.
"Danu, belum tidur?"
"Ini, ayah? Kenapa Ayah tidak segera pulang?” Tanya saya.
”Danu takut. Ayah sekarang dimana?”
”Di rumah bibi?”
”Kalau masih di rumah bibi, berarti ayah masih dua jam lagi baru sampai di rumah?" serbuku.
"Sudahlah yang penting Danu jangan tidur dulu," pinta Ayah sembari menutup teleponnya.
”Huh, enaknya mereka! Makan-makan di tempat bibi, yang di rumah mau mati kaku,” gerutu saya, dan tiba-tiba...
"Krompyang!"
Sepertinya bunyi panci jatuh, kali ini saya diam mematung. Sambil mengamati sayup-sayup orang menggerakkan gembok pintu gerbang. Menyusul suara bel di pencet, mungkinkah ayah, ibu Ka budi fikirku. Bukankah mereka masih di rumah bibi? Ah....jangan jangan....rasa takut mulai merayapi perasaan saya. Dengan bulu kuduk yang masih berdiri saya hampiri jendela, lamat-lamat saya singkap sedikit hordennya. Dan,,,,benar saya melihat ayah melepas kopyahnya dan Ibu membawa bungkusan, dengan setengah berlari saya membuka pintu gerbang.
"Ayah, kok cepat amat? Ditelepon tadi katanya masih di rumah bibi?" Tanya saya.
"Siapa bilang ?" Jawab ayah datar sambil melangkah ke pintu masuk.
"Lantas mengapa ayah pake nelepon segala?" desak saya sedikit gemas.
"Soalnya kamu kalau tidur seperti orang mati. walau ada bunyi petir juga kamu tidak akan bangun. Tempo hari juga ibu menelepon berkali-kali, boro boro bangun ngankat telepon aja nggak”, timpa ibu tersenyum.
"Nah, daripada mengganggu tetangga, ayah mampir dulu ke wartel".
"Ya Tapi saya tidak bisa tidur, Bu", sela saya dengan wajah sedikit kecewa.
"Memangnya kenapa?" tanya ibu lembut sambil menatap saya. Lalu saya ceritakanlah semuanya kepada mereka.
"Itulah kalau orang penakut, cahaya lampu di kira bayangan putih. Bunyi pintu dibanting angin di sangka hantu. Bunyi kucing...."
"Tapi kak Budi selalu mengusir kalau ada kucing masuk", sela saya memutus penjelasan Ayah.
" Lalu kenapa ayah pulang terlambat?" tanyaku.
"Tadi ada kecelakaan di Celeng, sepeda motor selip, tidak parah tapi perlu dibawa ke rumah sakit", jelas ayah. Dalam hati saya sudah tahu cerita berikutnya. Ayah memang orang yang lembut hati dan ringan kaki.
"Meoooong!"
Saya lihat kak Budi muncul dari belakang dengan kucing di tangan.
“Nah,gara-gara pintu belakang tidak kamu tutup, lihat air dipanci tumpah", kata kak Budi, sedangkan Ayah dan Ibu tersenyum-senyum. Sementara saya merasa malu dengan senyum kecut.
Aan Andanu
SMA N 1 Sindang-Indramayu
Pos Rakyat
No.5/Th/1/16 - 30 April 2009
Pendidikan Harus Jadi Prioritas
Drs.H.Suhaeli, M.Si
Kepala Dinas Pendidikkan Kabupaten Indramayu
Pendidikkan sampai hari ini masih dianggap sesuatu yang eksklusif oleh sebagian masyarakat, sehingga tidak heran kalau ada kesan miring bahwa pendidikkan hanya berlaku bagi warga masyarakat ekonomi menengah ke atas. Kesan miring ini awalnya memang sangat beralasan, namun ketika pemerintah memberlakukan program wajib belajar pendidikan dasar (wajar dikdas 9 tahun), disusul pendidikan gratis justru tugas menghimbau, menyadarkan dan mengajak masyarakat untuk kembali menyekolahkan anak-anak mereka (khususnya yang mengalami drop out) mendapat kesulitan. Tapi dalam hal ini tidak ada kata sulit, sebab itu telah menjadi keputusan pemerintah serta upaya mulia untuk bersam-sama mencerdaskan anak banga.
Di kabupaten Indramayu siswa lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) setiap tahunnya mencapai 24.000.000, yang melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat kurang lebih 17.000.000. Dari 7.000 siswa yang kemudian diketahui tidak melanjutkan berjumlah 2.800 kemudian mereka diarahkan untuk belajar di Kejar Paket C (KPC). Tanpa harus mengeluarkan biaya apa pun, sebaliknya pemerintah menyediakan anggaran dari mulai fasilitas belajar, uang bulanan, seragam sekolah serta pengadaan buku pelajaran. Selanjutnya dari 4.200 siswa 500 orang diberi kesempatan untuk melanjutkan ke SMA, SMK dan MA swasta. Sedangkan 3.700 lainnya diperkirakan ada yang ikut hijarah keluarganya keluar kota, bekerja keluar negeri, menikah, membantu pekerjaan orang tua atau diantara mereka benar-benar sudah tidak lagi mau melanjutkan sekolahnya.
Namun dari hasil pendataan yang dilakukan Disdik Kab. Indramayu bekerjasama dengan pihak-pihak asal sekolah, masyarakat, aparat desa, kecamatan, polsek dan koramil, diprediksi kurang lebih 1.000 diantaranya benar-benar sudah tidak mau menlanjutkan sekolah, dan 2.700 sisanya telah dipersiapkan untuk melanjutkan ke KPC. Dengan target anggaran Rp.12 milyar, namun kenyataannya yang terealisasi baru Rp.8 milyar untuk kebutuhan biaya pendidikkan di atas.
1.000 siswa yang dianggap benar-benar tidak lagi mau melanjutkan sekolah dengan berbagai alasan ini, oleh seluruh komponen masyarakat yang diminta partisipasinya untuk ikut menggiring mereka kembali ke bangku sekolah, telah diupayakan dengan berbagai cara sebagai upaya mewujudkan Perda Bupati Indramayu tentang wajib belajar, serta merealisasikan program pemerintah wajar dikdas 9 tahun. Sebagimana diharapkan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo agar Wajar Dikdas 9 bisa dituntaskan pada Agustus tahun 2008 kemarin dengan target 95%. Namun kenyataannya di kabupaten Indramayu baru mencapai 89,74%. Artinya kekurangan atau ketertinggalan ini harus menjadi perhatian semua pihak, dengan membangun kesadaran bersama untuk mengembalikan anak-anak mereka ke sekolah.
Apa pun dan bagaimana pun caranya kita akan terus melakukan sosialisai ini ke seluruh masyarakat Indramayu, dengan terus melakukan pendekatan kepada seluruh komponen masyarakat termasuk orang tua siswa. Bahkan kita juga telah punya komitmen bersama, kalau pun tidak ada lagi tempat untuk menampung mereka yang mau melanjutkan sekolah, di kantor kecamatan, polsek atau bahkan kantor koramil sekali pun bisa kita manfaatkan untuk belajar mereka. Artinya upaya pemerintah dalam hal ini benar-benar serius untuk memberikan kesempatan sekolah kepada semua pihak tanpa kecuali.
Profil
SMAN 1 Anjatan Yang Berprestasi
Maju Bersama TIK
Adalah sesuatu yang muskil bagi seseorang yang memiliki cita-cita, namun tidak ada upaya untuk berusaha meraihnya. Sebaliknya tidak mungkin tidak bisa bagi seseorang untuk merubah nasibnya ketika seseorang tadi punya niat punya tekad dan punya keinginan untuk merubah nasibnya. Begitulah kira-kira untuk mengilustrasikan keberadaan SMAN 1 Anjatan, Indramayu yang jauh dari keramaian informasi dan komunikasi itu. Namun ketika upaya untuk merubah imej serta wajah sekolah itu menjadi lebih baik dengan komintmen dan rasa kebersamaan untuk maju, tidak ada kata tidak. Sebab kemajuan dan keinginan untuk keluar dari ketertinggalan adalah konsekuensi yang harus diperjuangkan sampai pada titik pembuktian yang benar-benar dapat dibuktikan.
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN 1) Anjatan, adalah satu dari sekian banyak sekolah di kabupaten indramayu yang keberadaannya jauh dari keramaian dunia informasi. Namun sejak beberapa tahun belakangan SMA ini telah membuktikan kualitas dari proses belajar mengajarnya, yang nota bene tidak melulu suntuk pada buku dan papan tulis. Karena di sekolah ini juga memberlakukan pengenalan terhadap lingkungan dengan menggiring siswa siswinya untuk lebih mengenal proses belajar di luar ruang tertutup. Atau teknologi yang tidak sekedar memanfaatkan computer sebagai alat tulis modern. Tidak.
Sekolah berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ini juga telah membuka dua ruang kelas khusus (unggulan) sebagai Sekolah Rintisan Standar Nasional, dengan kualitas belajar yang jauh lebih baik dari kelas-kelas lainnya. Dilengkapi Air Condition, computer dan perangkat internet sesuai kebutuhan dan jumlah siswa, selain in focus yang melengkapinya. Artinya meski mereka jauh dari keramaian dan hiruk pikuk dunia informasi komunikasi, namun dari ruang kelas ini mereka juga bisa leluasa menjelajahi dunia.
Dan SMAN 1 Anjatan sejak lama sudah menyimpan kisah kisah dulu awal berdirinya, yang memberi banyak pelajaran saat keberadaannya masih kurang begitu diminati. Kini sekolah itu setiap tahun punya kesempatan menerima 350 siswa baru, namun yang berminat ternyata jauh lebih besar dari jumlah itu.
Sekarang SMAN 1 Anjatan yang berdiri di lahan seluas 1.820 meter persegi ini telah terisi 20 ruang kelas dengan 23 rombel. Tapi menurut kepala sekolahnya Drs. Wintomo, bahwa untuk tahun ajaran baru mendatang akan bertambah menjadi 26 Rombel. Berarti sekolah ini masih membutuhkan beberapa ruang kelas baru untuk melengkapi pasilitas proses belajar mengajarnya.
Tidak hanya itu, 40 orang guru yang saat ini tercatat 25 sebagai guru tetap (PNS) dengan 15 guru tidak tetap, sebagian besar telah memanfaatkan Laptop sebagai perangkat proses belajar mengajar mereka di depan kelas.
Jadi tidak heran kalau kemudian di sekolah ini juga banyak lahir siswa siswi berbakat dengan prestasi belajar serta prestasi ekstrakulikuler yang siap dikompetisikan di luar sekolah. Seperti dikatakan Wintomo, meski sebagian besar siswa yang berprestasi di sekolahnya rata-rata berasal dari keluarga ekonomi lemah, tapi justru itulah yang membuat sekolah ini menjadi lain dari yang lain. Dengan tetap berupaya mendidik, mengarahkan dan membesarkan hati mereka untuk tetap konsen terhadap kelebihan atau prestasi yang dimilikinya. Sesuai dengan Visi SMAN 1 Anjatan ini: Unggul dalam Prestasi, Karir dan Kebersamaan berdasarkan Iman dan Taqwa.
Pada tahun 2007 lalu sekolah ini berhasil keluar sebagai juara I Lomba Karya Tulis Anak, tentang Trafiking antar SMA se Kab.Indramayu, Juara I Lomba Olimpiade Matematika antar SMA se Kab.Indramayu , dan pada tahun 2008 Juara I Carnaval Of Education Kelompok IPA Tk Indramayu, Juara I Lomba Olimpiade Matematika antar SMA se Kab.Indramayu, serta banyak lagi kejuaraan dengan prestasi mentang diraih SMAN 1 Anjatan ini. (as/Dede.N)
Laporan Dari SMAN 1 Kandanghaur-Indramayu:
Karena Lingkungan Sehat Kami Betah Belajar
Hallo temen-temen kali ini Arena SD, MI, SMP, M.Ts, SMA, MAN dan SMK, mengundang SMAN 1 Kandanghaur sebagai Jurnalis Junior kita, mereka akan menyuguhkan hasil liputannya tentang kilas sekolahnya, mereka adalah:Caryono, Dwi Anggraeni, Raminih, Ade Ruwanti dan Mery Martaharahap!
Aku (Caryono) dan empat temenku, Dwi Anggraeni, Raminih, Ade Ruwanti dan Mery Martaharahap adalah siswa siswi yang kini duduk belajar di SMAN 1 Kandanghaur, ketika usia sekolah kami menginjak 30 tahun ini. Meski usianya sudah lebih dari setengah abad tapi penampilan fisiknya tidak kalah menarik dari sekolah-sekolah lain, inilah yang membuat kami bangga dan punya rasa memiliki terhadap keberadaannya yang selalu ingin tampil beda itu.
Posisi sekolah kami persis di pinggir jalan raya pantura dan beberapa kilo meter saja dari pantai pesisir laut Indramayu, dan kamu tau kan bagaimana rasa panas di pantai. Selain jalan raya pantura sebagai jalur transportasi umum yang prekuensi kendaraannya cukup tinggi menghubungkan Jakarta serta kota-kota lainnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang membuat kami gerah dan gelisah. Namun ketika semua itu kami jalani dan kami nikmati dengan berupaya mencari solusi, akhirnya semua itu bisa teratasi.
Kepala sekolah kami Drs. H. Budi Santoso bersama guru guru lainnya tidak pernah bosan menghimbau agar kami selalu memperhatikan lingkungan sekolah, dengan menganjurkan agar lebih peka dan kreatif dalam merespon lingkungan. Salah satu wujud dari kesensitifan dan kreatifitas kami adalah ketika merespon dan megolah sampah menjadi pupuk kompos. Setelah kewajiban bagi setiap orang di sekolah ini berjalan sebagaimana mestinya, yakni wajib menanam dan wajib merawat seluruh bunga dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Sebab hanya dengan tumbuhan dan tanam-tanaman seperti itulah polusi, panas matahari serta kebisingan bisa teratasi, disamping oksigennya tetap terjaga di lingkungan yang sehat. Jadi tak heran kalau kemudian sekolah ini tidak hanya membuat kami betah belajar di dalamnya, tapi setiap tamu yang datang juga seolah merasakan hal yang sama. Suasana sejuk dengan angin segar bertiup berseliweran diantara warna warni bunga dan hijau dedaunan, kadang terasa memukul-mukul tulang-tulang jendela dan menyapa kami yang tengah asyik belajar dengan buku dan kata.
Berbagai upaya terus dilakukan Kepala sekolah bersama guru-guru untuk melengkapi keberadaan sekolah kami, dari upaya meningkatkan prestasi belajar siswa sampai pada prestasi pelayanan dan managemen pendidikkannya. Selain itu kerja sama kepala sekolah, guru dan ketua organisasi intra siswa (osis) juga tetap terus terbangun, hingga jarak antara kami terasa lebih dekat dan akrab dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai persahabatan, etika dan estetika.
Sementara prestasi dan kompetisi terus berlangsung sehat, yang tak hanya berani berkokok di kandang tapi juga berani berkompetisi di luar dengan melahirkan banyak prestasi akademik dan non akademik, baik ditingkat kecamatan, kabupaten mau pun di tingkat propinsi. Dan kini sekolah kami memiliki nilai Akreditasi A, sebuah pertaruhan yang harus kami hargai dan harus kami jaga bersama. (Car, Dwi, Ram, Ade dan Mery)
Suparno Dan Toni
Ketika Sekolah Harus Membuat Mereka Putus Asa
Akhirnya Toni pemuda tanggung 16 tahun itu harus memilih jalan hidup jadi pemulung, setelah sempat tiga bulan nyicip duduk di SMP Nasional Indramayu, karena kebutuhan biaya sekolah yang tak tertanggulangi. Selain kebutuhan biaya sekolah dan kebutuhan hidup yang terus mengepung setiap harinya. Selama tiga bulan pada waktu masih sekolah itu Toni harus menempuh jarak 3 km dengan berjalan kaki dari rumahnya di Blok Gondok Desa Kenanga, Kec. Indramayu.
“saya terpaksa berhenti, karena pihak sekolah selalu menagih iuran bulanan, sementara ibu saya tidak punya uang tiap kali saya minta. Dari pada bikin ibu saya harus berfikir dan sedih akhirnya saya pilih keluar dari sekolah,” jelas Toni.
Selain Toni, Suparno kakanya yang kini masih belajar di SMA Al-Hidayah kelas XI itu juga terpaksa nyambi membantu pekerjaan ibunya membuat sapu dari sabut kelapa. Karena kedua yatim ini memang harus berjuang mempertahankan tiupan tiga nafas di rumah itu setelah sejak lama ditinggal meninggal ayahnya.
Castiri (60) ibu dari Suparno dan Toni hanya pasrah ketika anak keduanya memilih berhenti sekolah, ketika sulit meyakinkan kalau dia bisa membiayai sekolah Toni, sementara untuk mengatsi biaya hidup se hari harinya saja sudah sangat kesulitan.
Memang dia akui ketika Toni memilih berhenti sekolah dan jadi pemulung, sedikit biaya hidup keluarga ini terbantu. Tapi secara batiniah ibu tua ini tidak tega dan sangat tersiksa saat menyaksikan kenyataan sebenarnya. Anak seusia Toni yang sedianya harus berangkat pagi dengan pakaian seragam sekolah serta buku dan tas, sebaliknya dia menyaksikan Toni memanggul karung dan menghampiri tempat sampah satu ke tempat sampah lainnya di seputaran kota Indramayu.
“Pengene kula Toni lan Parno bisa dadi wong pinter, mung kula ora nduwe biaya kanggo sekolahe, ya pasrah bae karo Gusti Allah…..’” ujar Bu Castiri. (Maunya saya Toni dan Parno bisa jadi orang pintar, tapi karena saya tidak punya biaya untuk sekolahnya, ya saya pasrah saja kepada Gusti Allah).
Berbeda dengan Suparno yang harus bisa membagi waktu sekolah dan membantu meringankan kerjaan ibunya membuat sapu dari sabut kelapa. Hal ini dia lakukan demi perut serta kebutuhan hidup hari-hari adik dan ibunya. Jadi boro-boro untuk membayarkan iuran sekolah yang seringkali membuatnya malu saat ditagih pihak sekolah. Tapia pa pun alasannya Suparno tetap ingin.
“Saya ga tau Mas bagaimana rupa muka saya kalau setiap ditagih iuran sekolah, jawaban saya kalau ga diam, ya belum punya duit…..” jelas Suparno. (as/Dede.N)
Sunanto, SMPN Juntinyuat Indramayu
Penjual Kayu Bakar Yang Pengen Jadi Pesepak Bola
Namanya Sunanto, dia lahir di Indramayu 27 Mei 1993, dia anak kedua dari tiga bersaudara. Bapaknya Kamsa dan ibunya Dasirih yang bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan yang tak menentu. Untuk menutupi kebutuhan sehari harinya pak Kamsa jadi pencari kayu bakar, dan Sunanto anaknya yang kini duduk di kelas IX SMPN 1 Juntinyuat itulah yang kemudian menjualnya dengan cara berkeliling kampung.
Meski setiap harinya Sunanto harus berkeliling menjual kayu bakar sampai keluar dari desanya Blok Sarijem II Rt.02 Rw.02 Desa Juntikedokan, kecamatan Juntinyuat Kab.Indramayu, tapi itu dia lakukan dengan tulus dan tanpa ada perasaan malu. Karena dia yakin semuanya sudah diatur dan dia hanya menjalani, begitu pemuda tanggung bertinggi badan 160 ini ketika ditemui PR. Oleh sebab itu sangatlah pantas kalau kemudian dia berhak menyandang gelar juara I Olimpiade Matematika yang diselenggarakan Unwir beberapa waktu lalu, serta beberapa prestasi lain yang pernah diraihnya.
Sebagai anak yang memiliki prestasi baik di sekolah untuk bidang materi pelajaran, serta prilaku yang patut jadi tauladan bagi teman-temannya yang lain, Sunanto juga menyimpan obsesi yang sampai saat ini masih membuatnya penasaran.
Obsesinya ingin jadi pemain sepak bola yang handal dan bisa membawa nama baik Indramayu kelak. Tapi sayang jangan kan untuk latihan sepak bola yang cukup menyita waktu, untuk biaya sekolah dan biaya hidupnya sehari-hari saja dia harus bisa membagi waktu sebagai penjual kayu bakar keliling. Ketika ditanya soal uang saku sekolah, dia hanya menjawab tersenyum. “kadang Rp.2 ribu kadang gak ada.”
Memang sekali waktu Sunanto mencuri-curi waktu untuk bisa latihan sepak bola di sawah yang sedang tidak produktif bersama teman-teman sebayanya. Dan kalau sudah begitu dia merasa seperti sedang menjadi Bambang Pamungkas, striker (penyerang) dari Timnas PSSI yang handal itu.
Menurut H.Suwardi, S.Pd Kepala Sekolah SMPN 1 Juntinyuat yang punya perhatian besar terhadap bakat Sunanto, saat ini masih menunggu orang yang baik hati untuk melanjutkan sekolah serta memupuk bakatnya itu. (as)
SDN 1 Unggulan Indramayu, Masih Belum Lengkap
Kepala Dinas Pendidikkan Jawa Barat, Moh. Wachyudin Zarkasy dalam kunjungan kerjanya ke Majalengka, Kuningan, Cirebon dan Indramayu bulan Maret lalu, menyempatkan diri mampir ke SDN 1 Unggulan Indramayu didampingi Kasubdin Pendidikan Dasar (Dikdas) pada Dinas Pendidikan Indramayu Drs H Mas’ud MPd.
Dalam kunjungannya beliau sempat bertatap muka dan berdialog dengan beberapa siswa yang saat itu tengah melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler musik dan computer. Dari dialognya Kdisprov Jabar berpesan kepada seluruh siswa agar mereka benar-benar menghargai waktu untuk belajar. “Karena dengan giat belajar maka kalian akan jadi orang pintar, sebab kalau jadi orang pintar akan lebih mudah bersosialisasi dan berkomunikasi, juga akan lebih mudah mencari pekerjaan,” ujarnya.
SDN Unggulan yang dibangun dengan biaya senilai Rp.800 juta ini menurut Wachyudin Zarkasy bisa membangun beberapa fasilitas seperti lab computer, lab bahasa, lab kesenian, Kantor kepala sekolah dan kamar kecil yang lebih bagus, selain beberapa ruang belajar untuk 150 orang siswa unggulan.
Sementara Kepala Sekolah, SDN 1 Unggulan Indramayu kepada PR menjelaskan, bahwa saat ini mereka masih belum memiliki lab kesenian termasuk mushola untuk kegiatan ibadah siswa. (as)
Leksikon
Syayidin SR (Pelukis)
Syayidin SR-termasuk salah seorang seniman rupa (perupa) Indonesia yang mengusai sejumlah keahlian di bidang seni lain seperti, musik, tata panggung, sampai seni kriya, yang nota bene cukup memberi pengaruh terhadap gerak kesenian di daerah kelahiranya, Indramayu. Karya-karya lukisnya sejak paruh 1999 telah sampai ke tangan sejumlah kolektor Indonesia, baik yang datang pada saat berpameran mau pun langsung datang memesan kepadanya. Dan sejak beberapa tahun belakangan jam terbang berpamerannya kian bersayap, tidak hanya di Indonesia tapi juga sampai ke luar negeri. Belum lama Syayidin kelahiran Indramayu 11 September 1967 ini berkesempatan ke Shanghai, beasiswa dari Jakarta Option untuk menghadiri Shanghai up Contemporarry, Shanghai Binalle dan Shanghai Art Fire.
Sebagai seniman serba bisa nama Syayidin sudah tidak asing dalam event-event lomba, baik di tingkat Kabupaten, provinsi, nasional mau pun internasional. Kini perupa atau pelukis yang kembali ke kandangnya, Indramayu itu lebih suntuk berkarya dengan tetap menjaga kualitas karyanya yang selalu ditunggu pasar Indonesia. (as)
Sahabat
Puisi: Taswinih
Hari ini sahabatku pindah
ke Jakarta dan dia tidak lagi jadi
tetanggaku
selamat berpisah sahabat
tapi tolong ingat aku
dan kita harus selalu dekat
walau cuma lewat surat
pertama suratmu kuterima
aku terharu karena teringat
waktu kita masih bersama
dan tertawa
sekarang kita berpisah
jangan lupa terus kirim aku cerita
biar jadi ceria
SDN Kedokanbunder I Indramayu 1
Kelas VI B
Guruku
Puisi: Tarsinih
Tiap pagi kududuk di bangku kelas
untuk belajar dan mencari ilmu
tiap hari kau datang membawa
banyak pengetahuan untukku
berbagai pengetahuan kau berikan
berbagai pengalaman kau curahkan
kini aku banyak mengetahui
yang tak kutahu
karena kaulah guruku
membaca dan menulis kau ajarkan padaku
aku belajar demi masa depanku
dan ilmu yang kau beri kan kuingat
sampai mati
terima kasih guru-guruku
jasa-jasamu yang tak ternilai
kan kukenang selama hidupku
kini kubangga akan ilmu yang kau beri
terima kasih guru
SDN Kedokanbunder 1
Kelas VI B
Tinjauan Puisi:
Perbedaan Rasa
Sebagai makhluk ciptaaan Tuhan paling mulia dimuka bumi ini, kita diberi banyak kelebihan selain akal fikiran, kita juga diberi kepekaan dan rasa. Tapi walau pun kita sama-sama punya akal, fikiran, kepekaan dan rasa. Kita tetap ada perbedaan, dan perbedaan itu juga ada pada saat kita menggunakan akal, fikiran, kepekaan dan perasaan.
Nah saat ini kita akan membuktikan atau kalian juga bisa membuktikan sendiri, bagaimana perasaan kita ketika ada salah seorang teman kita paling dekat dengan kita selama ini, tiba-tiba dia pergi. Seperti pada puisi Taswinih berjudul “sahabat”. Taswinih merasa sangat kehilangan ketika sahabatnya pergi pindah ke Jakarta, sehingga dia seperti merasa sedih. Tapi kesedihan itu dia tuangkan ke dalam puisi, ….//tapi tolong ingat aku/dan kita harus selalu dekat/walau cuma lewat surat//……begitu kata Taswinih.
Perasaan mudah terharu, sedih dan kagum dalam memandang, mengamati dan meresponnya jelas tidak dimiliki semua orang, apalagi dituangkan dalam bentuk puisi. Jelas nilai rasa manusia yang satu inilah yang membedakan dengan nilai rasa yang dimiliki orang lain.
Hal yang sama juga ternyata dimiliki oleh teman kita Tarsinih, cuma objek puisinya saja yang berbeda, kalau Taswinih soal Sahabat, sedangkan Tarsinih soal Guru. Tapi temanya sama, yakni tentang keharuan. Kalau Taswinih terharu ketika pertama menerima surat dari sahabatnya yang kini tinggal di Jakarta, lain lagi Tarsinih. Dia terharu ketika banyak pengalaman yang dia peroleh dari guru yang mengajarnya. ………//berbagai pengetahuan kau berikan/berbagai pengalaman kau curahkan/kini aku banyak mengetahui/yang tak kutahu//karena kaulah guruku//……di sini hanya cara mengungkapkan rasa yang saja yang berbeda. (acep.s)
Bagi adik-adik yang punya hobby nulis puisi atau cerita apapun silahkan kirim ke Email: acepsyahril@yahoo.co.id dan sertakan foto, alamat lenngkap atau alamat sekolahmu. Karya-karya kalian kakak tunggu.
Temu Sastra Indonesia II di Pangkalpinang, Bangka-Belitung
sayyid — April 5, 2009 / 12:23 pm
Topik: Seputar Dunia Sastra Indonesia
Sehubungan akan diselenggarakannya “Temu Sastrawan Indonesia II” di Pangkalpinang, Bangka-Belitung pada bulan Juli 2009 (Tanggal akan diumumkan kemudian), maka kepanitiaan TSI II mengundang Anda sekalian untuk bergabung bersama dalam event sastra tahunan yang merupakan terusan dari event serupa (Temu Sastrawan Indonesia I) yang telah berlangsung di kota Jambi tahun lalu, dengan mengirimkan karya berupa cerpen dan puisi.
Karya-karya yang masuk–sebagaimana kesepakatan sidang di Jambi–nantinya akan dikurasi oleh sejumlah rekan sastrawan.
Adapun ketentuan pengiriman karya tersebut adalah sbb:
* Karya berupa cerpen atau puisi.
* Diketik 1/2 spasi menggunakan MS.Word dan disimpan dalam format RTF.
* Masing-masing mengirimkan 5 (lima) buah karya.
* Karya dikirimkan ke email: tsibabel@yahoo.com
* Karya masuk paling lambat: Akhir April 2009.
Salam dari Panitia TSI II Bangka-Belitung.